Senin, 16 September 2019

artikel pertanian , REALITA KONDISI PERTANIAN INDONESIA SAAT IN


Artikel Pertanian
16 September 2019 -
REALITA KONDISI PERTANIAN INDONESIA SAAT INI.
Oleh : Munhammad Alfian Rahman

Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Sektor ini merupakan sektor yang tidak mendapatkan perhatian secara serius dari pemerintah dalam pembangunan bangsa. Mulai dari proteksi, kredit hingga kebijakan lain tidak satu pun yang menguntungkan bagi sektor ini. Program-program pembangunan pertanian yang tidak terarah tujuannya bahkan semakin menjerumuskan sektor ini pada kehancuran. Meski demikian sektor ini merupakan sektor yang sangat banyak menampung luapan tenaga kerja dan sebagian besar penduduk kita tergantung padanya.
Pembangunan pertanian pada masa lalu mempunyai beberapa kelemahan, yakni hanya terfokus pada usaha tani, lemahnya dukungan kebijakan makro, serta pendekatannya yang sentralistik. Akibatnya usaha pertanian di Indonesia sampai saat ini masih banyak didominasi oleh usaha dengan: (a) skala kecil, (b) modal yang terbatas, (c) penggunaan teknologi yang masih sederhana, (d) sangat dipengaruhi oleh musim, (e) wilayah pasarnya lokal, (f) umumnya berusaha dengan tenaga kerja keluarga sehingga menyebabkan terjadinya involusi pertanian (pengangguran tersembunyi), (g) akses terhadap kredit, teknologi dan pasar sangat rendah, (h) pasar komoditi pertanian yang sifatnya mono/oligopsoni yang dikuasai oleh pedagang-pedagang besar sehingga terjadi eksploitasi harga yang merugikan petani. Selain itu, masih ditambah lagi dengan permasalahan-permasalahan yang menghambat pembangunan pertanian di Indonesia seperti pembaruan agraria (konversi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian) yang semakin tidak terkendali lagi, kurangnya penyediaan benih bermutu bagi petani, kelangkaan pupuk pada saat musim tanam datang, swasembada beras yang tidak meningkatkan kesejahteraan petani dan kasus-kasus pelanggaran Hak Asasi Petani, menuntut pemerintah untuk dapat lebih serius lagi dalam upaya penyelesaian masalah pertanian di Indonesia demi terwujudnya pembangunan pertanian Indonesia yang lebih maju demi tercapainya kesejahteraan masyarakat Indonesia.
Sampai saat ini Indonesia masih berusaha dalam meningkatkan produktivitas sektor pertaniannya, terutama tanaman pangan. Hal ini dilakukan untuk mendukung swasembada pangan berkelanjutan yang dilakukan melalui peningkatan produksi beras nasional. Peningkatan jumlah penduduk menuntut sektor pertanian untuk terus lebih produktif dalam mencukupi kebutuhan pangan. Pada tahun 2017 produksi padi nasional mengalami pertumbuhan 2,56% dibanding tahun sebelumnya. Produksi jagung juga meningkat 18,55%. Peningkatan ini bisa terjadi karena terus dikembangkannya sistem irigasi untuk sawah-sawah yang ada sehingga tidak lagi menjadi sawah tadah hujan. Dari data terakhir presentase luas lahan sawah irigasi sudah mencapai 58,41% atau sekitar 4,78 juta hektar dan sisanya masih berupa sawah non irigasi.
Pada tahun 2017 ini Indonesia sudah berhasil menghentikan impor beberapa komoditas pangan untuk memenuhi kebutuhan nasional. Komoditas beras, cabai, dan bawang merah saat ini sudah tidak tergantung pada impor lagi. Pada tahun 2019 Indonesia juga berencana akan swasembada bawang putih dan gula konsumsi. Namun masih pada tahun ini ada beberapa komoditas yang mengalami banyak penurunan produksinya, seperti kedelai yang mengalami penurunan produksi 36,9% dan kacang tanah sebesar 15,8%. Hal ini menunjukkan masih kurangnya pemerataan upaya untuk meningkatkan produktivitas semua komoditas pertanian.
Pertanian Indonesia saat ini bisa dikatakan terus mengalami perkembangan. Namun jika dilihat lebih dalam, tetap beberapa permasalahan yang terus menghambat, salah satunya adalah penurunan tenaga kerja pertanian. Pada tahun 2016 lalu indonesia kehilangan 0,51% tenaga pertanian dan tahun ini kehilangan 2,21%. Selain itu, permasalahan yang menghambat perkembangan pertanian tahun ini adalah kurangnya benih berbagai komoditas tanaman pangan, baik secara kualitas maupun kuantitas. Sampai Oktober 2017 produksi benih padi inhbrida mengalami penurunan hampir 40 ribu ton dan padi hibrida hanya naik sekitar 15 ton.
Apakah Pertanian Indonesia Bisa Maju?
Tentu bisa. Dengan potensi yang dimiliki dan upaya serta strategi yang terus dibangun oleh pemerintah, pertanian Indonesia akan maju. Namun, tentunya dengan saling bekerjasamanya secara kontinyu semua aspek yang berhubungan, mulai dari petani sampai dengan pembuat kebijakan itu sendiri. Selain itu, dengan melihat prestasi sektor pertanian tahun ini dalam suksesnya swasembada beras menunjukkan perkembangan pertanian yang maju.
Usaha untuk memajukan pertanian Indonesia terus dilakukan untuk menghadapi permasalahan yang menghambat. Pada tahun ini pemerintah fokus dalam pembangunan jaringan irigasi. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan produksi padi dengan meningkatkan intensitas pertanaman dan luas areal tanam. Sasaran pembangunan irigasi ini mencapai 100 ribu hektar. Selain itu, pemerintah juga selalu melakukan inovasi untuk mendukung petani sebagai pelaku utama dalam mendongkrak produktivitas pangan nasional, seperti menciptakan varietas unggulan, metode budidaya, maupun penanganan hama. Inovasi lain adalah melakukan terobosan dengan menjaga luas tanam bulanan padi. Hal ini dilakukan dengan memonitor luas tambah tanam (LTT) padi di seluruh kawasan Indonesia setiap harinya. Selain memonitor LTT, pemerintah juga terus berusaha mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi petani di lapangan melalui Balai Pengkajian Tekonologi Pertanian (BPTP) .
Tantangan yang dihadapi.
Meskipun perkembangan pertanian di Indonesia memiliki prospek dan berjalan sangat baik hingga saat ini, bukan berarti tidak ada tantangan. Justru meningkatnya potensi pertanian tersebut, pemeritah maupun pelaku bidang pertanian harus lebih siap menghadapi tantangan di era dengan kemajuan teknologi informasi. Adapun beberapa tantangan itu di antaranya adalah pembangunan sumber daya manusia di sektor pertanian.
Bagaimana kondisi pertanian Indonesia saat ini? Sebagai negara agraris, apakah kebijakan pemerintah telah berpihak pada petani yang merupakan pahlawan pangan bangsa?
Guru Besar Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor [IPB] Dwi Andreas Santosa menuturkan, arah kebijakan pemerintah masih jauh dari cita-cita swasembada lima komoditas: beras, jagung, kedelai, gula dan daging. Keran impor pangan terus dibuka.
“Program pemerintah relatif sama, tidak ada perubahan berarti dalam 20 tahun terakhir,” katanya.
Program yang dimaksud adalah pola pemerintah mencapai swasembada. Orientasi terpaku pada peningkatan kuantitas produksi. Abai terhadap petani yang sesungguhnya ujung tombak peningkatan pangan itu sendiri.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar