BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latatar
Belakang
Tanah adalah salah satu
sistem bumi, yang bersama dengan sistem bumi yang lain, yaitu air alami dan
atmosfer, menjadi inti fungsi,
perubahan, dan pementapan ekosistem. Tanah berkedudukan khas dalam masalah
lingkungan hidup, merupaka kimia lingkungan
dan membentuk landasan hakiki bagi kemanusian.
Tanah
adalah hasil pengalihragaman bahan mineral dan organik yang berlangsung dimuka
daratan bumi di bawah pengaruh faktor-faktor
lingkungan yang bekerja selama waktu sangat panjang, dan maujud sebagai
suatu tubuh dengan organisasi dan morfologi tertakrifkan. Pada dasarnya tanah
merupaka tubuh alam. Namun demikian banyak tanah yang memperlihatkan tanda-tanda pengaruh antropogen. Contoh,
struktur tanah berubah karena beban lalulintas, susunan kimia tanah berubah
karena pemupukan atau irigasi, irigasi juga mengubah regim lengas tanah, dan mofologi tanah
mengalami turbasi karena pengelolaan tanah.
Tanah berasal dari
pelapukan batuan dengan bantuan organisme, membentuk tubuh unik yang menutupi
batuan. Proses pembentukan tanah dikenal sebagai ''pedogenesis''. Proses yang
unik ini membentuk tanah sebagai tubuh alam yang terdiri atas lapisan-lapisan
atau disebut sebagai horizon tanah. Setiap horizon menceritakan mengenai asal
dan proses-proses fisika, kimia, dan biologi yang telah dilalui tubuh tanah
tersebut.
Pelapukan batuan induk
menghasilkan bahan induk tanah. Tanah merupakan “tubuh-alamiah” yang tersusun
atas lapisan (horison tanah) yang beragam ketebalannya, berbeda dengan bahan
induk dalam hal sifat-sifat morfologi, fisika, kimia, dan karakteristik
mineraloginya. Tanah terdiri dari partikel pecahan batuan yang telah diubah
oleh proses kimia dan lingkungan yang meliputi pelapukan dan erosi. Tanah
berbeda dari batuan induknya karena interaksi antara, hidrosfer atmosfer
litosfer, dan biosfer. Ini adalah campuran dari konstituen mineral dan organik
yang dalam keadaan padat, gas dan air.
Tanah merupakan tubuh
alam yang berdimensi dalam dan luas, sebagai hasil kerja gaya-gaya pembangun
dan penghancur serta berfungsi sebagai media tumbuh tanaman. Tanah dapat
ditemukan disekitar kita dan mempunyai arti yang sangat penting dalam
kehidupan. Seperti yang telah kita ketahui tanah merupakan media tumbuh bagi
makhluk hidup sehingga sangat berpengaruh bagi kelangsungan hidup makhluk hidup
yang hidup di atasnya. Secara fisik tanah berfungsi sebagai tempat tumbuh dan
berkembangnya perakaran, penopang tegak tumbuhnya tanaman dan menyuplai
kebutuhan air dan udara.
Tanah terdiri dari tiga
komponen: padat (butir pasir, debu, liat dan bahan organik), cair (air di dalam
pori tanah), dan udara (di dalam pori atau rongga tanah). Penelitian tanah pada
umumnya dimulai dengan pengamatan profil tanah di lapangan. Profil tanah
terdiri dari beberapa horizon tanah yang kurag lebih sejajar dengan permukaan
tanah dan dibedakan satu sama lain atas dasar warna, struktur, tekstur dan
lain-lain.
Sifat-sifat fisika tanah adalah
sifat-sifat tanah yang ditentukan oleh bahan penyusunnya. Sifat-sifat fisika tanah ini sangat penting
untuk diketahui, karena memiliki pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan dan
prodksi tanaman yang tumbuh di atas tanah tersebut. Sifat-sifat fisika tanah
mempengaruhi ketersediaan air di dalam tanah, menentukan penetrasi (penembusan)
akar di dalam tanah, sifat drainase dan aerasi tanah, serta ketersediaan
unsur-nsur hara tanaman. Sifat-sifat fisika tanah juga mempengaruhi sifat-sifat
kimia dan biologi tanah.
Tanah memiliki sifat dan karakteristik yang berbeda-beda, misalnya yang
berwarna merah, hitam, kelabu, ada yang bertekstur pasir, debu, liat dan
sebagainya. Dan untuk membedakan sifat tanah tersebut dilakukan klasifikasi
tanah, yaitu usaha untuk membeda-bedakan tanah berdasar atas sifat-sifat yang
dimilikinya. Hal ini sangat penting karena tanah-tanah dengan sifat yang
berbeda memerlukan perlakuan (pengelolaan) yang berbeda pula. Untuk mengetahui
secara jelas karakteristik tanah baik secara umum maupun khusus maka disusunlah
makalah ini. Dan untuk karakteristik tanah secara khusus saya mengambil
klasifikasi tanah dari jenis tanah Alfisol untuk dianalisa.
Sifat fisika tanah berhubungan erat dengan kelayakan pada banyak penggunaan ( yang diharapkan dari) tanah.
Kekokohan dan kekuatan pendukung, drainase dan kapasitas penyimpanan air,
plastisitas, kenudahan ditembus akar, aerasi, dan penyimpanan hara tanaman
semuanya secara erat berkaitan dengan kondisi fisika tanah. Oleh karena itu,
eratkaitanya bahkan jika seseorang
berhadapan dengan tanah dia harus mengetahui sampai berapa jauh dan dengan cara
apa sifat-sifat tersebut dapat diubah.
Menurut sifat
kmiawi tanag berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi (senyawa
organic dan anorganik sederhana dan unsure-unsur esensial seperti:N, P, K, Ca,
Mg, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B dan CI) dan secara biologi berfungsi sebagai habitat
biota (organism) yang berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara tersebut dan
zat-zat aditif (pemacu tumbuh proteksi) bagi tanaman yang ketinggianya secara
integral mampu menunjang produktivitas tanah.
Tubuh tanah (solum)
tidak lain adalah batuan yang melapuk dan mengalami proses pembentukan
lanjutan. Usia tanah yang ditemukan saat ini tidak ada yang lebih tua daripada
periode Tersier dan kebanyakan terbentuk dari masa Pleistosen. Tubuh tanah
terbentuk dari campuran bahan organik dan mineral. Tanah non-organik atau tanah
mineral terbentuk dari batuan sehingga ia mengandung mineral. Sebaliknya, tanah
organik (organosol / humosol) terbentuk dari pemadatan terhadap bahan organik
yang terdegradasi.
Tanah organik berwarna
hitam dan merupakan pembentuk utama lahan gambut dan kelak dapat menjadi batu
bara. Tanah organik cenderung memiliki keasaman tinggi karena mengandung
beberapa asam organik (substansi humik) hasil
dekomposisi berbagai bahan organik. Kelompok tanah ini biasanya miskin mineral,
pasokan mineral berasal dari aliran air atau hasil dekomposisi jaringan makhluk
hidup. Tanah organik dapat ditanami karena memiliki sifat fisik gembur (porus,
sarang) sehingga mampu menyimpan cukup air namun karena memiliki keasaman
tinggi sebagian besar tanaman pangan akan memberikan hasil terbatas dan di
bawah capaian optimum.
Tanah non-organik
didominasi oleh mineral. Mineral ini membentuk partikel pembentuk tanah.
Tekstur tanah demikian ditentukan oleh komposisi tiga partikel pembentuk tanah:
pasir, debu, dan liat. Tanah berpasir didominasi oleh pasir, tanah berliat
didominasi oleh liat. Tanah dengan komposisi pasir, debu, dan liat yang
seimbang dikenal sebagai tanah lempung.
Warna tanah merupakan
ciri utama yang paling mudah diingat orang. Warna tanah sangat bervariasi,
mulai dari hitam kelam, coklat, merah bata, jingga, kuning, hingga putih.
Selain itu, tanah dapat memiliki lapisan-lapisan dengan perbedaan warna yang
kontras sebagai akibat proses kimia (pengasaman) atau pencucian (leaching).
Tanah berwarna hitam atau gelap seringkali menandakan kehadiran bahan organik
yang tinggi, baik karena pelapukan vegetasi maupun proses pengendapan di
rawa-rawa. Warna gelap juga dapat disebabkan oleh kehadiran Mangan, belerang,
dan nitrogen. Warna tanah kemerahan atau kekuningan biasanya disebabkan
kandungan besi teroksidasi yang tinggi; warna yang berbeda terjadi karena
pengaruh kondisi proses kimia pembentukannya. Suasana aerobik / oksidatif
menghasilkan warna yang seragam atau perubahan warna bertahap, sedangkan
suasana anaerobik / reduktif membawa pada pola warna yang bertotol-totol atau
warna yang terkonsentrasi.
Struktur tanah
merupakan karakteristik fisik tanah yang terbentuk dari komposisi antara
agregat (butir) tanah dan ruang antaragregat. Tanah tersusun dari tiga fasa:
fasa padatan, fasa cair, dan fasa gas. Fasa cair dan gas mengisi ruang
antaragregat. Struktur tanah tergantung dari imbangan ketiga faktor penyusun
ini. Ruang antaragregat disebut sebagai porus (jamak pori). Struktur tanah baik
bagi perakaran apabila pori berukuran besar (makropori) terisi udara dan pori
berukuran kecil (mikropori) terisi air. Tanah yang gembur (sarang) memiliki
agregat yang cukup besar dengan makropori dan mikropori yang seimbang. Tanah
menjadi semakin liat apabila berlebihan lempung sehingga kekurangan makropori.
Pembentukanya dari
bahan litosfer berlangsug dengan proses pelapukan dan yang dari bahan biosfer
berlangsung dengan proses dekomposisi dan minerelisasi. Pelapukan adalah
istilah umum yang mengunjukan keseluruhan proses perombakan dan pengubahan
fisik, kimia, dan hayati batuan dan mineneral yang berlansung atau dekat
permukaan bumi.
B. Tujuan
dan Kegunaan
Tujuan dari praktikum dasar dasar ilmu
tanah untuk mengetaui cara penentuan
sifat-sifat fisik, kimia dan biologi tanah dalam berbagai penggunaan laan.
Kegunaan dalam
praktikum dasar-dasar ilmu tanah dapat mengetahui sifat-sifat fisik, kimia dan
biologi tana pada lapisan dan pada berbagai penggunaan laan yang berbeda.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Sifat
Fisik dan Morfologi Tanah
Sifat fisik tanah adala
sifat yang bertanggung jawab atas peredaran udara, panas, air, dan zat terlarut melalui tanah. Beberapa sifat fisika
dapat mengalami penggarapan tanah. Sifat fisika tanah yang terpenting adalah
tekstur tanah, struktur tanah, komposisi
tanah, porositas, stabilitas, konsistensi, warma maupun suhu tanah. Sifat tanah
berperan dalam aktivitas perakaran tanaman, baik dalam hal absorbs unsure hara,
air maupun oksigen juga sebagai pembatas akar tanaman (Hakim et al. 2007).
Sifat fisik tanah
lain yang cukup penting untuk
mengetahui cirri dan perilaku tana adalah kerapatan partikel, keapatan lindak,
konsistensi, temperaturedan warna tanah. Kerapatan partikel tanah
bervariasi tergantung pada kandungn
nbahan organic. Kerapatan lindak tana nbervariasi tergantung pada kandungan masam tanah. Kerapatan lindak tergantung pada kerapatan partikel dan ruang pori tanah.
Tanah lapisan permukaan yang kaya bahan organik dan gembur mempunyai kerapatan
lindak yang lebih renda dari pada lapisan bawah yang lebih pejal dan kandungan
humus rendah (Sutanto, 2009).
Struktur tanah sangat
berpengaruh dalam bidang pertanian. Tana sebagai media tumbuh bagi tanaman
menjadi penentu seberapa besar hasil
panen yang akan didapat. Tanaman membutuhkan suplay air dan unsur hara yang
optimal untuk proses fotosistesis, sedangkan suplai air dan unsure hara yang
dibutuhkan itu diambil dari dalam tanah melalui akar. Pengambilan air dan unsur
hara ini sangat tergantung oleh type
struktur tanah yang menjadi tempat tumbuh tanaman tersebut. Jika strukturnya
semakin mantap maka partikel penyusun
juga akan semakin rapat sehingga akar
akan sulit nuntuk menembusnya, sebaliknya jika kemantapan strukturnya terlalu
lemah maka ketersedian unsure hara dan air
akan sedikit karena tanah tidak dapat mengikat unsur hara dan air dengan kuat, oleh karena itu
dibutuhkan struktur tanah yang seimbang
untuk mengoptimalkan pertumbuhan tanaman
sehingga hasil panen yang didapat akan
melimpah (Kurnia, ddk, 2007).
Struktur tanah dapat
mempengaruhi sifat fisik tanah yaitu pada kerapatan partikel, semakin mantap struktur tanah maka
partikel penyusun juga akan semakin
rapat. Konsistensi ntanah juga di tentukan oleh seberapa mantap struktur tanah yang ada, misalnya pada jenis
struktur remah maka tana mempertahankan
bentuknya karena sangat halus,
sebaliknya pada struktur tanah yang sangat kuat
mempertahankan bentunnya karena sengat padat. Selain itu warrna tana
juga berhubungan dengan struktur
pembentuk tanahnya, misalnya pada
type struktur tanah granuler dan remah, warnanya lebih gelap karena mengandung banyak bahan organic (Handayanto, 2009).
Konsistensi tanah
adalah derajat kekuatan tanah dari perubahan bentuk. Biasanya di lapangan
dilakukan dengan cara memeras, memijit, dan memirit. Kondisi tana terdiri ndari
kering, lembab dan basah. Konsistensi tanah menunjukan kekuatan daya
butir-butir tanah atau daya adhesi butiran-butiran tanah dengan benda lain. Hal ini ditunjukan oleh daya tahan
tahan tanah terhadap yaga yang akan
mengubah bentuk. Gaya-gaya tersebut misalnya pencangkulan, pembajakan, dan
sebagainya. Tanah-tanah yang mempunyai
konsistensi baik umumnya mudah
diolah dan tidak melekat pada alat
pengolah tanah. Oleh karena tanah dapat ditemukan dalam keadaan lembab, basah atau kering maka
penyifatan konsistensi tanah harus disesuaikan
dengan keadaan tanah tersebut (Hardjowigeno, 2007).
Konsistensi
tanah daya kohesi dan adhesi diantara
partikel-partikel tanah dan ketahanan (resistensi) massa tanah tersebut
terhadap perubahan bentuk oleh tekanan atau berbagai kekuatan yang dapat
mempengaruhi. Konsistensi tanah ditentukan oleh tekstur dan struktur
tanah. Pentingnya konsistensi tanah ialah untuk menentukan cara penggarapan
tanah yang efisien dan penetrasi akar tanaman di lapisan tanah bawahan. Tanah
yang bertekstur pasir bersifat tidak lengket, tidak liat (non plastic) dan
lepas-lepas. Sebaliknya tanah bertekstur lempung-berat pada keadaan basah
berkonsistensi sangat lengket, sangat liat dan bila kering bersifat sangat
teguh (kuat) dan keras.
Warna tanah adalah
salah satu sifat tanah yang dengan mudah
dapat dilihat dan dapat menunjukan sifat-sifat tanah. Warna tanah merupakan
campuran dari komponen-komponen warna
lain yang terjadi oleh pengaruh berbagai
factor. Urutan tanah yang menunjukan penurunan produktivitas tanah ialah hitam,
coklat, abu-abu coklat, merah, abu-abu, kuning, dan putih. Dalam survey atau
penelitian tanah di lapangan selalu
menggunakan daftar warna dalam Munsel Soil Colour Charts yang terdiri dari hue, value, dan chroma.
Tentang
warna tanah dinyatakan dalam3 satuan: HUE , VALUE dan CHROMA. Hue
adalah warna spectrum yang dominan,sesuai dengan panjang gelombangnya.
Value adalah gelap terangnya suatu warna, sesuai dengan banyaknya sinar
yang dipantulkan. Chroma adalah intensitas warna atau kekuatan dari warna
spectrum. Warna tanah ini dibaca dengan menggunakan buku munsell soil tanah
color chart, misalnya Hue= 7,5 YR, Value = 5 dan Chroma =4, maka Warna
tanah tersebut 7,5 YR 5/4 – brown = coklat.
Meskipun
hubungan langsung dengan tanaman tidak begitu jelas, tetapi warna dapat
digunakan untuk menjejaki sifat lain dari tanah yang penting. Misalnya
warna hitam dilapisan atas. Umumnya kandungan bahan organiknya tinggi.
Warna merah menunjukan tanah relative kaya akan besi, warna biru atau kelabu
menunjukkan drainase yang jelek.
Meskipun
hubungan langsung dengan tanaman tidak begitu jelas, tetapi warna dapat
digunakan untuk menjejaki sifat lain dari tanah yang penting. Misalnya
warna hitam dilapisan atas. Umumnya kandungan bahan organiknya tinggi.
Warna merah menunjukan tanah relative kaya akan besi, warna biru atau kelabu
menunjukkan drainase yang jelek.
Warna tanah merupakan
karakteristik tanah dilapangan yang akan diidentiikasi dan merupakan petunjuk
untuk beberapa sifat warna. Warna hitam biasanya menunjukan kandungan bahan
organic, warna merah menunjukan adanya oksida besi-bebas (tanah-tanah yang
teroksidasi), sedangkan warna abu-abu menunjukan adanya reduksi. Warna tanah
berhubungan dengan sifat fisik, kimia dan biologi tanah (Priyanto, 2009).
Degradasi sifat fisik
tanah pada umunya disebabkan karena memburuknya struktur tanah. Kerusakan
struktur tanah diawali dengan penurunan kestabilan agregat tanah sebab akibat
dari pukulan air hujan dan kekuatan limpasan permukaan.
Penurunan kestabilan
agregat tanah berkaitan dengan penurunan kandungan bahan organic tanah, aktivitas
perakaran dan mikroorganisme tanah. Penurunan ketiga agen pengikat tanah
tersebut, selain menyebabkan agregat
tanah relative mudah pecah juga penyebab terbentuknya kerak dipermukaan
tanah (soil crusting) yang mempunyai
sifat padat dan keras bila kering. Pada saat hujan turun, kerak yang terbentuk
dipermukaan tanah juga menyebabkan
penyumbatan pori tanah. Akibat proses penyumbatan pori tanah ini, porositas
tanah, distribusi pori tanah, dan kemampuan tanah untuk mengalirkan air mengalami penurunan dan limpasan
permukaan akan meningkat. Sehingga upaya perbaikan degradasi sifat fisik tanah mengarah terhadap perbaikan struktur tersebut
(Suprayogo, 2001).
Sifat fisik menunjukan,
tanah rentan terhadap erosi dan pemadatan. Oleh
karena itu pemanfaatan lahan hutan
untuk pertanian tanaman hutan, mensyaratkan perlunya tindakan konservasi
tanah dan menghindari daerah berlereng
khususnya untuk tanaman pangan, selain perlunya meningkatkan kesuburan tanah
melalui pemupukan.
B.
Sifat Kimia Tanah
Perilaku kimia tanah
didefinisikan sebagai keseluruhan reaksi
fisika kimia yang berlangsung antar
penyusun tanah serta antar penyusun
tanah dan bahan yang ditambahkan kedalam tanah
dalam bentuk pupuk ataupun pembentuk tanah lainya. Factor kecepatan
semua bentuk reaksi kimia yang
berlangsung dalam tanah yang
diperhitungkan dengan menit sampai luar
biasa lama yang diperhitungkan dengan abad. Pada umumnya reaksi-reaksi
yang terjadi di dalam tanah oleh
tindakan faktor lingkungan tertentu (Sutanto, 2009).
Bahan organik dalam
tanah dapat didefinisikan sebagai
sisa-sisa tanaman dan hewan didalam tanah pada berbagai pelapukan dan terdiri dari organisme yang
masih hidup ataupun yang sudah mati. Di dalam tanah, bahan organik bisa
berfungsi dan memperbaiki sifat kimia,
biologi tanah sehingga ada sebagian ahli menyatakan bahwa bahan organik
di dalam tanah memiliki fungsi yang tak
tergantikan (Sutanto, 2006).
Selain kadar bahan
organik yang dapat diindikasikan sebagai tingkat kesuburan tanah, kadar kapur
dalam tanah juga dianalisis sebagai
indikasi tingkat kandungan kapur yang
bisa mempengaruhi reaksi kimia dalam tanah. Pengaruh kapur dalam tanah dapat meliputi proses pembentukan
agregat tanah, pengikatan hara oleh
tanah, dan parameter tanah lain yang
berhubungan dengan kegiatan biologi
dalam tanah (Sutopo, 2008). Kapur (CaCO3)
mampu meningkatkan pH tanah dan
menetralisir ion H+ di dalam larutan tanah. Ion OH- yang
berasal dari reaksi CaCO3 dengan muatan positif pada permukaan kaloid tanah mampu menetralisir,
akhirnya akan meningkatkan pH tanah. Kapur selain berpengaruh meningkatkan
pH tanah juga mempercepat perombakan
bahan organik (Hartati, 2009).
Bahan organik
dilapiskan atas melalui proses
mineralisir maupun erosi merupakan
penyebab utama menurunya kesuburan
tanah. Sifat kimia tanah berbahan induk batu liat lebih baik dibandungkan tanah
berbahan induk batu pasir seperti diperlihatkan oleh kandungan basa-basa dapat
tukar, kapasitas tukar kation dan K potensi yang lebih tinggi, akan tetapi
dibatasi oleh kandungan Al yang tinggi. Perubahan penggunaan lahan hutan menjadi lahan pertanian, selain
meningkatkan proses mineralisasi bahan organik, juga memutus siklus biologi
yang berpengaruh terhadap menurunya kesuburan tanah (Suharta,ddk. 2008).
Sifat fisik kimia
tanah merujuk pada tabiat dan perilaku
mekanik, termal, optik, koloidal, dan hidrologi tanah. Tabiat dan perilaku
menghadirkan sejumlah parameter yang dapat diamati dan atau diukur. Susunan
mekanik tanah merujuk kepada ukuran, bentuk,
kerapatan dan kimiawi zarah tunggal komponenpadat mineral (Kohnke,
1968).
Ukuran, secara kasaran
zarah mineral tanah di pilahkan menjadi tiga kategori. Yang berdiameter lebih
besar dari pada 2 cm disebut batu, berdiameter antara 2 cm dan 2 mm disebut
bahan tanah halus (Kohnke, 1968). Analisis fisik dan kimia tanah hanya menggunakan bahan tanah
halus.
Dalam analisis agihan
besar zarah, bahantanah hakus dipilahkan lebih lanjut menjadi tiga fraksi utama
pasir, debu (lanau), dan lempung. Fraksi tanah ialah sekolompok zarah tanah
yang berukuran diantara batas-batas
tertentu.
Bentuk zahra pasir dan
berdebu biasanya berbentuk gumpal membulat, gumpal menyudut, atau kubik.
Zarah-zarah tersebut adalah hasil
pelapukan berupa mineral primer yang
terlepas dari embanan batuan dab sibir
batuan. Rusuk yang semula tajam menjadi tumpul dan membulat karena abrasi
selama pengangkutan oleh air, rayapan es, atau angin. Zarah yang belum
mengalami pengangkutan atau baru
diangkut dalam jarak pendek biasanya berusuk tajam.
Zahra lempung berbentuk
lempeng berkenaan dengan strukturnya
yang berlapis-lapis. Zarah lempung tidak ada yang berbentuk bola atau gumpal,
kecuali kalau mengandung oksida dan hidroksida Fe dan Al sekunder
[contoh,goethit FeO(OH) dan gibbsit Al (OH)3]. Ada yang amorf ( contoh,
lempung alofan).
Bentuk zahra pasir
dapat dinyatakan secara kuantitatif dengan besarnya kebolan (sphericity) dan
kebundaran (roundness). Kebolaan suatu benda berbentuk bola sempurna adalah I, sedangkan kebolaan suatu
benda berbentuk jarum tipis mendekati nol. Suatu benda yang semua rusak dan
sudutnya tumpul melengkung, mempunyai kebundaran mendekati I. Benda dengan
semua rusak dan sudutnya tajam dan runcing, mempunyai kebundaran kecil (Kohnke,
1968).
Pengaruh atas
ketersediaan /keterlarutan/mobilisasi unsur-unsur N, S, P, Cu, Zn, AI, Fe dan
Mn, pH berpotensi menjadi faktor penting
pencemaran lingkungan. Mobilisasi N dan P dapat menimbulkan etrofikasi
badan air. Mobilisasi S dapat menyebabkan pemasaman badan air. Logam-logam Cu,
Zn, AI, Fe, dan Mn dalam keterlarutan meningkat dapat meracuni tumbuhan., jasd
penghuni tanah, dan biota air. Tanah yang sangat masam atau sangat basa berdaya
merusak bangunan (Alloway & Ayres, 1994).
Kemasaman dan kebasaan
tanah bersumber dari sejumlah senyawa. Air adalah sumber kecil ion H karena
didosiasi molekul H2O lemah. Sumber-sumber besar adalah asam-asam
anorganik dan organik. Proses yang menghasilkan ion H+ ialah respirasi akar dan jasad penghuni
tanah, perombakan bahan organik, pelarutan CO2 udara dalam lengas
tanah, hidrolisasi AI, nitrifikasi, oksidasi N2 , oksidasi S, dan
pelarutan serta penguraian pupuk kimia.
Respirasi akar dan
jasad penghuni tanah serta perombakan bahan organik menghasilkan CO2. Penggabungan
CO2 (termasuk yang berasal dari udara) dengan air menghasilkan asam
karbonat. Perombakan bahan organik juga menghasilkan asam-asam organik.
Hidrolisasi AI membentuk ion AI3+ terhidrat yang merupakan donor
proton (ion H+) dan dengan demikian dapat memasamkan tanah. Peranan
seperti ini juga dijalankan oleh ion-ion logam lain bermuatan 3 atau lebih yang
berhidrat (Tan, 1994).
Ion yang di jerap pada
permukaan zarah kaloid dipoegang oleh kakas yang berkisar dari lemah sampai kuat. Besar kasar
bergantung pada macam kaloid yang menjerap dan macam ion yang dijerap.
Pengikatan paling lemah dilakukan oleh kkas fisik (kakas residual, kakas van
der waals) yang timbul dari salingtindak listrik anatara elektron yang bergerak
dalam ion dan yang bergerak dalam
permukaan kaloid. Pengikatan paling kuat dengan kakas elektrostatik (kakas
martabak kimia) yang timbul karena keturahan dan kekahatan elektron; yang turah
elektron yeng memberikan kapada yang
kahat elektron. Pengikatan elekrostatik membentuk lapis rangkap listrik disekeliling
zarah penjerap (Krauskopf, 1979).
Kebanyakan larutan
tanah alami merupakan larutan elektrolit encer yang ion-ionnya berada dalam
keseimbangan dinamika dengan ion-ion lawan goyah yang berasosiasi dengan
permukaan daerah koloid. Dalam hal tanah
yang dirajai oleh zarah koloid bermuatan
negatif (kebanyakan tanah demikian), terjadi pengumpulan kation di dekat
permukaan zarah sehinga berlebih
dibandingkan dengan kadarnya dalam larutan luar. Kation ditarik dan anion
ditolak oleh permukaan zarah sehingga kadar kation dalam larutan meningkat semakin dekat dengan permukaan zarah. Mintakat perubahan
potensial listrik diantara zarah padat dengan muatan permukaanya dan larutan
luar dengan keseimbangan kimianya, disebut lapisan rangkap elektrokimia (lapis
rangkap listrik). Tebal lapis rangkap listrik
bergatung pada kadar elektrolit keseluruhan dalam larutan tanah dan
martabat ion lawan. Makin rendah kadar elektrolit daan makin rendah martabat
ion lawan, lapisan rangkap listrik makin tebal karena perubahan potensial
listrinya makin baur (Amold, 1978).
KTK tanah berbeda-beda tergantung
pada (1) kadar dan macam lempung serta (2) kadar bahan organik serta
senyawa-senyawa organik penyusun bahan organik. Makin tinggi kadar lempung dan kadar bahan organik, KTK makin besar. Hal
ini berkaitan dengan jumlah tapak jerapan yang masih banyak, ada macam lempung
yang mempunyai KTK besar dan ada yang
kecil. Ada senyawa organik penyusun bahan organik yang mempunyai KTK
lebih besar dan ada yang lebih kecil. Senarai berikut ini memperlihatkan
kisaran KTK bermacam koloid tanah. Koloid tanah yang bermuatan negatif ialah
Si-Oksida, Mn-dioksida, dan Koloid
organik. Ade feri-hidroksida yang bermuatan negatif (Krauskof, 1979).
Hasil dekomposisi bahan
organik berupa bahan amino dan bahan organik sekunder berupa bahan humik
menyumbang banyak kepada KTK dan KTA tanah. Asam amino adalah enyawa amfoter
karena mengandung gugus karboksil yang berperilaku sebagai asam dan gugus amino
yang berperilaku sebagai basa. Tergantung
pada keadaan, asam amino dapat bermuatan bersih negatif atau positif.
Ion asam amino yang netral (barada pada pH0) disebut
zwitterion(bahasa jerman yang berarti “rangkap” atau “pasangan” dengan rumus
(Tan, 1994).
C. Sifat
Biologi Tanah
Biologi tanah adalah
ilmu yang mempelajari mahluk-makluh
hidup didalam tanah. Karena ada bagian-bagian hidup di dalam tanah, maka tanah itu disebut sebagai “Living
System” contonnya akar tanaman dan organisme lainya di dalam tanah ( Fitri,
2011).
Terdapat beberapa jenis
fauna tanah yang berperan dalam lahan
pertanian. Semua jenis fauna tanah yang ada umumnya sangat mempengaruhi
kesuburan tanah bahkan bisa mempengaruhi
pertumbuhan tanaman. Ukuran fauna tanah sangat
beragam mulai dari binatang liar
atau binatang peliharaan sama pada fauna
yang berukuran satu sel seperti protozoa
yang berperan dalam penghancuran
seresah menjadi ukuran yang lebuh kecil. Beberapa jenis fauna tanah
antara lain yaitu protozoa yang berperan dalam dekomposisi bahan organik yaitu contonya cacing. Jenis
arthropoda permukaan tanah memiliki peran penting dalam ekosistem pertanian,
arthropoda permukaan tanah berperan dalam jaringan makanan yaitu sabagai
herbivore, karnivor, dan detrivor (Hesteria, 2011).
Menurut Suhadjo et al.
(2001) arthropoda tanag yang termaksud dalam fauna tanah memiliki beberapa
peran pada ekosistem pertanian, yaitu sebagai pelaku perombakan, pengatur
perombakan dan pemancar mikrob, trasfer
energi dan pengaliran mineral, pengendali komunikasi dan populasi mikriflora , bioindikator, dan
peningkatan porositas dan aerasi tanah. Sedangkan menurut Levelle dan martin
(1992) di acu dalam James (1996) meskipun cacing tanah diketahui sebagai dekomposer, cacing tanah dapat
melindungi bahan organik dari
keracunan yang lebih lanjut pada sistem
tropis yang lembab.
Produksi bahan organik
sebagai faktor intensitas dipersyarati oleh ketersediaan hara, udara, dan air
serta oleh ciri pertumbuhan vegetasi. Bahan organik tanah atau (BOT) memajukan
kebaikan struktur dan konsistensi tanah, dan dengan demikian memperbaiki
ketrolahan aerrasi, permeabilitas dan daya tanah menyimpan air. BOT dapat
menambat air sampai 20 kali lipat bobotbya sendiri (Stevenson, 1994).
Pada tahama klimaks
sistem tanah bersifat mantap dan kemantapanya dipertahankan oleh proses-proses
pengatur yang kadang-kadang melibatkan faktor-faktor luar berupa saling tindak
organisme x lingkungan akan tetapi dalam banyak kasus dikerjakan oleh mekanisme
swa-atur berupa salung tindak organisme x organisme. Kecendrungan suatu
ekosistem klimaks atau masak melawan perubahan dan memugar diri menjadi tahana
tunak kembali apabila terkena usikan disebut hemeostasis (Richards, 1976).
Makrofauna berpotensi
terbesar mendayai langsung sifat-sifat
fungsional tanah makhluk-makhluk ini menghaluskan dan mengagihkan ulang
sisa organik dalam profil tanah yang meningkatka luas permukaan dan
ketersediaan substrat organik bagi kegiatan mikrobia golongan tertentu mikro
fauna tanah, terutama semut, rayap dan cacing tanah, dapat mengubah banyak
struktur tanah yang pada giliranya dapat mempengaruhi infiltrasi, daya antar
hidrolik dan pelindian. Kegiatan hewan tanah mempengaruhi kebanyakan proses
yang mendasrai sifat fungsional tanah seperti memeajukan pertumbuhan tanaman
ameliorasi kontaminasi lingkungan, dan menghidupkan kapasitas tanah berfungsi
selaku suatu penyangga lingkungan (Linden, dkk.,
1994).
Salah satu tanda
kegitan mikrofauna tanah ialah terbentuknya krotofina dalam profil tanah
krotofina adalah kantong atau terowongan berbentuk beraneka yang dibuat oleh
hewan penggali didalam suatu bagian profil tanah berisi bahan tanah atau bahan lain yang di angkut dari tempat lain (SSSA, 1997).
Tanah berasal dari
pelapukan batuan dengan bantuan organisme, membentuk tubuh unik yang menutupi
batuan. Proses pembentukan tanah dikenal sebagai ''pedogenesis''. Proses yang
unik ini membentuk tanah sebagai tubuh alam yang terdiri atas lapisan-lapisan
atau disebut sebagai horizon tanah. Setiap horizon menceritakan mengenai asal
dan proses-proses fisika, kimia, dan biologi yang telah dilalui tubuh tanah
tersebut.
Organisme sebagai
bioindikator kualitas tanah bersifat sensitif terhadap perubahan, mempunyai
respon spesifik dan ditemukan melimpah di dalam tanah. Salah satu organisme
tanah adalah fauna yang termasuk dalam kelompok makrofauna tanah (ukuran > 2
mm) terdiri dari milipida, isopoda, insekta, moluska dan cacing tanah (Wood,
1989).
Penentuan bioindikator
kualitas tanah diperlukan untuk mengetahui perubahan dalam sistem tanah akibat
pengelolaan yang berbeda. Perbedaan penggunaan lahan akan mempengaruhi populasi
dan komposisi makrofauna tanah. Pengolahan tanah secara intensif, pemupukan dan
penanaman secara monokultur pada sistem pertanian konvensional dapat
menyebabkan terjadinya penurunan secara nyata biodiversitas makrofauna tanah.
Populasi, biomasa dan
diversitas makrofauna tanah dipengaruhi oleh praktek penggelolaan lahan dan
penggunaannya. Sebaliknya, pada lahan terlantar karena kualitas lahannya
tergolong masih rendah menyebabkan hanya makrofauna tanah tertentu yang mampu
bertahan hidup, sehingga diversitas makrofauna tanah baik yang aktif di
permukaan tanah maupun di dalam tanah juga sangat rendah.
Fauna tanah memerlukan persyaratan tertentu untuk menjamin kelangsungan hidupnya. Struktur dan komposisi makrofauna tanah sangat tergantung pada kondisi lingkungannya. Makrofauna tanah lebih menyukai keadaan lembab dan masam lemah sampai netral (Notohadiprawiro, 1998). Hakim dkk (1986) dan Makalew (2008), menjelaskan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi aktivitas organisme tanah yaitu, iklim (curah hujan, suhu), tanah (kemasaman, kelembaban, suhu tanah, hara), dan vegetasi (hutan, padang rumput) serta cahaya matahari.
Fauna tanah memerlukan persyaratan tertentu untuk menjamin kelangsungan hidupnya. Struktur dan komposisi makrofauna tanah sangat tergantung pada kondisi lingkungannya. Makrofauna tanah lebih menyukai keadaan lembab dan masam lemah sampai netral (Notohadiprawiro, 1998). Hakim dkk (1986) dan Makalew (2008), menjelaskan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi aktivitas organisme tanah yaitu, iklim (curah hujan, suhu), tanah (kemasaman, kelembaban, suhu tanah, hara), dan vegetasi (hutan, padang rumput) serta cahaya matahari.
Cahaya matahari
merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi sifat-sifat tumbuhan dan
hewan. Tumbuhan dan hewan yang berbeda memiliki kebutuhan akan cahaya, air,
suhu, dan kelembapan yang berbeda. Berdasarkan responnya terhadap cahaya,
makrofauna tanah ada yang aktif pada pagi, siang, sore, dan malam hari.
Kebanyakan makrofauna permukaaan tanah aktif di malam hari. Selain terkait
dengan penyesuaian proses metabolismenya, respon makrofauna tanah terhadap
intensitas cahaya matahari lebih disebabkan oleh akitivitas menghindari
pemangsaan dari predator. Dengan pergerakaannya yang umumnya lambat, maka
kebanyakan jenis makrofauna tanah aktif atau muncul ke permukaan tanah pada
malam hari
(Makalew, 2008).
BAB
III
METODELOGI
PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Kegiatan
praktikum dilaksanakan di Desa Wawatu, Kecamatan Moramo Utara, Kabupaten Konawe
Selatan pada :
Hari/tanggal : Sabtu, 13 Mei 2017
Jam :
10.00 sampai 13.00 wita
B. Alat dan Bahan
Alat
yang digunakanmeliputicangkul, patiba, parang, bortanah, pisaulapang,
meterankain, ring sampel, gunting, cutter,
danjarumpentul. Sedangkanbahan-bahan yang digunakanyaituPlastik sampel, Kertas
label, Isolasi besar /lakban. Buku, dan Pulpen.
C. Prosedur Kerja
Adapun cara
kerja dalam praktikum ini adalah :
Pengenalan
alat bahan survei dan teknik pengambilan contoh tanah.
Adapun prosedur
kerja pada praktikum ini adalah :
1.
Penggunaan
alat dan bahan survei
·
Mengamati
bagian komponen masing-masing alat yang
diperkenalkan.
·
Menggambarkan model bentuk masing-masing alat tersebut.
·
Menulis
fungsi/cara kerja masing-masing alat tersebut.
·
Mendeskripsikan
secara singkat spesifikasi masing-masing bahan yang diperlukan.
2. Teknik
pengambilan contoh (sampel tanah)
a. Sampel
tanah utuh
· Membersihkan
dan meratakan permukaan tanah yang akan di ambil contohnya. : bila tanah dalam
keadaan kering akan harus disiram terlebih dahulu.
· Pada
tanah tersebut diletakkan ring sampel secara tegak harus lurus dan tidak boleh
miring.
· Menekan
ring dengan hati-hati dengan kaki sampai tenggelam sampai kira-kira 3/4nya
kedalam tanah. Kemudian letakkan ring yang lain (ukran sama) dan ditekan sampai ring yang ke dua tenggelam kira-kira 1 cm dalam tanah.
· Mengambil
ring tersebut dengan pisau pemotong.
· Memisahkan
kedua ring dengan pisau pemotong, dan memotong tanah yang lebih bagian atas
maupun bagian bawah ring dengan tipis.
· Memasukan
ring ke dalam kantung plastik kemudia di lakban dengan baik agar tanah tetap
lembab.
b. Sampel
tanah terganggu
· Sampel
tanah komposit, yaitu kedalaman tanah 0-30 cm dan 30-60 cm atau sampel
perlapisan. Bila menggunakan bor tanah atau pacul, atau bisa juga mengambil
profil sesuai, dengan kedalamanya. Kemudian memasukan kedalam kantong plastik
dan diberi label.
· Sampel
tanah per lapisan, ambil bongkahan masing-masing sekitar 1 kg dari lapisan
bawah berturut-turut samapai pada
lapisan paling atas, kemudian setiap lapisan masukan kedalam kantong plastik
dan diberi label.
· Sampel-sampel
tanah ini di bawah ke labolatorium
dikeringkan/dianginkan, digurus, kemudian di ayak ( disesuaikan dengan
keperluan analisis tanah di labolatorium.
Pemboran
dan pengamatan profil tanah.
Adapun
prosedur karja pada praktikum ini :
1. Keadaan
penampang profil tanah masih bersifat alami, solum dibawah lapisan atas atau lapisan oleh belum banyak teganggu oleh tenaga mekanisme luar.
2. Mengukur
panjang dan lebar permukaan tanah 2 m x 1 m menggunakan meteran.
3. Kemudian
menggali tanah menggunakan pacul dan sekopang
sampai menemukan batuan induk.
4. Mengikis
bagian pinggir tanah yang akan di amati dengan menggunakan pattiba untuk
memudahkan pengamatan.
Sambil melakukan
pembuatan profil, dapat mencatat kondisi eksternal profil berupa : kelerengan,
cuaca, bentuk wilayah, penggunaan lahan, vegetsi, ancaman banjir, gejala erosi,
dan drainase.
Adapun cara
pengamatan penampang profil tanah adalah sebagai berikut :
1. Sambil memperhatikan perbedaan warna, tekstur,
konsistensi, dapat menarik batas-batas
lapisan sebagai tahap pertama ( jika warna dan tekstur sama maka perbedaan
struktur, konsistensi, dan kandungan bahan kasar dapat digunakan untuk
menentukan batas lapisan tahap kedua).
2. Setiap lapisan/horison diberi nomor/kode berturut-turut dari atas ke
bawah kemudian dilakukan deskripsi
dengan mengukur kedalaman masing-masing lapisan, menemukan warna, tekstur,
struktur, pori, konsistensi, karatan Ph, serta kondisi perakaran.
3. Kemudian
melakukan pengamatan penampang secara menyeluruh untuk menentukan tingkat
perkembangan tanah berdasarkan jumlah
laisan/horison. Menentukan kedalaman solum, top soil, sub soil, kedalaman
efektif, dan kedalaman tanah.
BAB IV
HASIL DAN
PEMBAHASAN
A. Hasil
Hasil dari praktikum ini disajikan dalam tabel karakteristik
eksternal dan internal profil tanah.
Tabel 1. karakteristik eksternal
profil,
No
|
Krakteristik Umum
|
Hasil Pengaatan
|
1
|
No. Profil
|
II (Kelompok II B)
|
2
|
Tanggal Pengamatan
|
13 Mei 2017
|
3
|
Pengamat
|
Muh. Alfian Rahman (Kelompok II
B) Penyuluhan Pertanian
|
4
|
Lokasi Pengamatan (GPS)
|
Desa
Wawatu Kecamatan Moramo Utara Kabupaten Konawe Selatan
|
5
|
Tinggi Lokasi mdpl (Altimeter)
|
-
|
6
|
Kelerengan(Clinometer)
|
-
|
7
|
Cuaca
|
Mendung
|
8
|
Bentuk Wilayah
|
-
|
9
|
Fisiografi
|
-
|
10
|
Bahan Induk
|
Batu
|
11
|
Formasi Geologi
|
-
|
12
|
Batuan Permukaan
|
Tidak ada
|
13
|
Singkapan Batuan
|
-
|
14
|
Pengunaan Lahan
|
Perkebunan
|
15
|
Vegetasi
|
Alang-Alang, Rumput Silet
|
16
|
Ancaman Banjir
|
Tidak ada
|
17
|
Gejala Erosi
|
Sedang
|
18
|
Drainase
|
Baik
|
19
|
Kedalaman Air Tanah
|
Tidak Ada
|
Tabel
.2 Karakteristik Internal Profil
No
|
Karakteristik Tanah
|
Lapisan
|
||
1
|
No. Lapisan
|
I
|
II
|
III
|
2
|
Simbol Lapisan
|
A
|
B
|
C
|
3
|
Kedalaman Lapisan
|
|
|
|
4
|
Warna Matriks
|
-
|
-
|
-
|
5
|
Warna Karatan
|
-
|
-
|
-
|
6
|
Tekstur
|
Lempung Berliat
|
Liat
|
Liat
|
7
|
Kandungan Bahan Kasar
|
-
|
-
|
-
|
8
|
Struktur (bentuk)
|
F
(Halus)
|
VF (Sangat Halus)
|
VF (Sangat Halus)
|
9
|
Konsistensi (lembab)
|
-
|
-
|
-
|
10
|
Pori Tanah
|
-
|
-
|
-
|
11
|
Kondisi Perakaran
|
Banyak
|
Sedikit
|
Tidak
Ada
|
12
|
Bahan Organik
|
-
|
-
|
-
|
13
|
Kandungan Kapur
|
-
|
-
|
-
|
14
|
pH Lapang
|
-
|
-
|
-
|
15
|
Kedalaman top soil
|
|
|
|
16
|
Kedalaman sub soil
|
|
|
|
17
|
Kedalaman efektif
|
58 cm
|
|
|
18
|
Kedalaman Tanah
|
58 cm
|
|
|
19
|
Tingkat perkembangan tanah
|
|
|
|
20
|
Klasifikasi Tanah
|
USDA :
FAO :
PPT :
|
Keterangan
Lokasi Titik Pemboran
- No.
titik lokasi pemboran : K4
- Tanggal pemboran : 13 Mei 2017
- Nama pengebor (kelompok) : 2B
- Koordinat lokasi pengeboran : -
Desa :
Wawatu
Kecamatan :
Moramo Utara
Kabupaten :
Konawe Selatan
- Ketinggian Tempat pengeboran : -
- Kemiringan lereng : 3-6 Derajat
- Jenis penggunaan lahan : Perkebunan
- Jenis vegetasi : Alang-alang,
Pepohonan, Rumput Silet, Serei
- Drainase : Buruk
- Penghambat perakaran : -
Tabel 3. Keterangan hasil pemboran.
a. Tabel
4. Titik timur
No.
lapisan
|
Kedalaman
(cm)
|
Warna
|
Tekstur
|
Konsistensi
|
|
Lembab
|
Basah
|
||||
I
|
22
|
Grayish
Red (Abu-Abu Kemerahan)
|
Lempung liat berpasir
|
ü
|
|
II
|
9
|
|
Lempung liat berpasir
|
ü
|
|
III
|
16
|
|
Lempung liat berpasir
|
ü
|
|
b. Tabel
5. Titik barat.
No.
lapisan
|
Kedalaman
(cm)
|
Warna
|
Tekstur
|
konsistensi
|
|
Lembab
|
Basah
|
||||
I
|
16
|
Bright
Brown ( Coklat Terang
|
Lempung berpasir
|
ü
|
|
II
|
14
|
|
Lempung liat berpasir
|
ü
|
|
III
|
24
|
|
Liat berpasir
|
ü
|
|
c. Tabel
6. Titik selatan.
No.
lapisan
|
Kedalaman
(cm)
|
Warna
|
Tekstur
|
konsistensi
|
|
Lembab
|
Basah
|
||||
I
|
23
|
Dull
Yellow Orange ( Kuning Jingga Pucat)
|
Lempung berpasir
|
|
ü
|
II
|
6
|
|
Lempung berpasir
|
|
ü
|
III
|
18
|
|
Lempung berpasir
|
|
ü
|
d. Tabel
7. Titik utara.
No.
lapisan
|
Kedalaman
(cm)
|
Warna
|
Tekstur
|
konsistensi
|
|
Lembab
|
Basah
|
||||
I
|
12
|
Yellowish
Brown (kuning ke coklatan)
|
Lempung,
liat
|
ü
|
|
II
|
17
|
|
Liat
|
ü
|
|
B. Pembahasan
Menglakukan orientasi pada seluruh profil tanah dimulai
dari bagian atas hingga ke bagian terdalam, dan memperhatikan
perbedaan-perbedaan sifat tanah yang ada dalam setiap lapisan tanah.
1. Menggunakan pisau untuk menusuk-nusuk bidang profil tanah
untuk mengetahui perbedaan konsistensi atau kepadatan dari seluruh profil
tanah. Perbedaan kekerasan (kepadatan) tanah bisa digunakan sebagai salah satu
kriteria untuk membedakan horizon tanah.
2. Menarik batas berdasarkan perbedaan-perbedaan yang
terlihat jelas, misalnya warna. Jika warna dan tekstur tanah tidak berbeda,
maka perbedaan konsistensi, struktur, kenampakan redoksimorfik, dan kandungan
bahan kasar dapat digunakan sebagai bahan dasar penarikan batas horizon.
3. Setelah
horizon ditentukan, letakkan meteran tegak lurus dengan bagian ujung (0 cm)
berada persisi dipermukaan tanah, untuk mengetahui kedalaman dan ketebalan tiap
horizon atau lapisan.
4. Menglakukan
pemotretan profil tanah, dan usahakan skala bagian atas dan bagian dalam profil tanah kurang lebih
sama. Apabila tanah terlalu kering, sebaiknya bidang profil yang akan di potret
disemprot dengan air sehingga agak lembab.
5. Selanjutnya
melakukan penelitian dan pencatatan hasil pengamatan pada kartu profil tanah
yang meliputi informasi keadaan lingkungan sekitar profil tanah.
Pengamatan
di lapangan pada umumnya didasarkan atas type struktur, kelas struktur dan derajat struktur. Ada macam-macam type
tanah dengan ukuan kelas berbeda-beda umtuk masing-masing type.(Korevaar,
2009).
Pengambilan
sampel atau contoh tanah dilakukan dengan menggunakan ring sampel, ring sampel
tersebut di tumbuk-tumbuk sampai bagian dari ring sampel tersebut terbenam oleh
tanah. Setelah itu mengambil ring yang telah penuh dengan tanah dan meratakan
bagian bawah dan atas menggunakan parang atau pisau begitu pula pada bagian
lapisan berikutnya. Setelah itu ring sampel dimasukan kedalam kantong plastik
dengan memberikan label sebagai kode kemudian di lakban agar tanah tetap
lembab.
Contoh Tanah
adalah suatu volume massa tanah yang diambil dari suatu bagian tubuh tanah
(horison/lapisan/solum) dengan cara-cara tertentu disesuaikan dengan
sifat-sifat yang akan diteliti secara lebih detail di laboratorium. Pengambilan
contoh tanah dapat dilakukan dengan teknik dasar yaitu pengambilan contoh tanah
secara utuh dan pengambilan contoh tanah secara tidak utuh (Anonim1,
2011).
Setiap
lapisan tanah yang diamati mempunyai struktur yang berbeda-beda ada 3 jenis
struktur yaitu gumpal, remah dan prisma. Pada hasil pengamatan dapat diketahui
struktur pertama yaitu remah. Remah adalah gumpalan yang paling kecil pada struktur tanah pada pori-pori makro non
kapiler yang tidak berisi air melainkan oleh udara mudah larutnya struktur
remah oleh air hujan, tergantung pada sifat padat yang membentuknya adanya
bahan organik cenderung membentuk struktur tanah yang stabil dan mantap.
Struktur remah terdapat keseimbangan yang baik antara udara dan air tanah
sebagai medium larutnya unsur hara untuk tanaman(setara untuk remah merupakan
struktur yang sangat baik untuk tanaman.
Struktur
tanah merupakan gumpalan-gumpalan kecil dari tanah akibat melekatnya
butiran-butiran tanah satu sama lain. Struktur tanah membentuk yang
berbeda-beda yaitu seperti lempung, granuler dan remah.( Resti, 2010).
Profil
tanah merupakan suatu irisan melintang
pada tubuh tanah di buat seara menggali ( panjang dan lebar) tertentu dan
kedalaman tertentu pula sesuai degan keadaan
tanah dan keperluan penelitian.
Lokasi profil tanah harus di tempat
yang representatif sesuai dengan tujuan kajian ang dilakukan. Lokasi profil
tanah harus mewakili satuan taksonomi tanahnya dalam satuan peta tanah (SPT)
yang ada. Seyogyanya digali di tengah-tengah SPT serta berada pada
tengah-tengah kisaran sifat (range in
cbaracteristic) dari taksa tanah yang diwakili.
Penentuan lokasi
profil tanah harus diwakili dengan pengecekan
melalui pengamatan pada beberapa minipit dan pemboran terlebih dahulu
untuk mendapatkan kisaran sifat tanah
yang ada. Setelah ditemukan lokasi yang sesuai, baru dilakukan penggalian profil .
Lokasi profil tanah, sebaiknya :
1. Berada
jauh dari lokasi bekas penimbunan sampah, pupuk, tanah galian, atau bekas
bangunan, kuburan, pesemaian, tempat sampah atau bahan lainnya.
2. Berjarak
>50 m dari perumahan, pekarangan, gudang, pabrik, bengkel, jalan, saluran
air, atau bangunan lainnya.
3. Agak
jauh dari pohon besar agar akar pohon tidak menyulitkan penggalian profil
tanah.
4. Pada
lahan berlereng, profil tanah digali mengarah pada arah lereng sehingga bidang
pengamatan berada dibagian lereng atas.
Pemilihan lokasi
pengamatan profil tanah perlu diperhatikan betul, karna akan menentukan
ketelitian pengamtan. Profil tanah dibuat pada tempat-tempat tertentu dengan
memperhatikan beberapa hal berikut ini :
1. Ukuran
profil tanah hendaklah cukup besar, agar pengamatan profil dapat dilakukan
dengan leluasa. Ukuran profil tanah yang umum adalah 2 m (panjang) X 1 m (
lebar) X 1,8 m (dalam). Jika pada kedalaman kurang dari 1,8 m dijumpai batuan
induk yang keras sekali, penggalian dapat dihentikan hingga kedalaman tersebut.
2. Bagian
lebar profil merupakan sisi (bidang) yang akan di amati, oleh karena itu
usahakan agar bagian ini menghadap ke
arah sinar matahari agar nampak terang ( tidak ternaungi). Jangan membuang
tanah hasil galian kepermukaan bidang yang akan di amati, agar bagian permukaan
bersih sesuai kondisi alaminya.
3. Apabila
profil terdapat pada lahan yang berlereng/miring, maka sisi penampang yang
diamati adalah sisi dimding di bagian lereng atas.
Beberapa hal yang perlu
diperhatikan sebelum melakukan pengamatan profil tanah, sebagai berikut :
1. Bidang
(sisi) profil tanah yang akan diamati harus bersih dan tidak ternaungi.
2. Hindari
melakukan penamatan (terutama warna tanah) pada waktu hujan, atau pada waktu
sinar matahari kurang terang ( pagi atau sore hari ).
3. Jika
keadaan tanah sangat kering, sebainya bidang yang akan diamati disemprot dengan
air agar lembab.
4. Jika
air tanahnya dangkal, maka air dalam profil tanah harus dikuras agar tidak
mengganggu pengamatan.
Profil
Tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah dibuat dengan cara
menggali lubang dengan ukuran (panjang dan lebar) tertentu dan kedalaman yang
tertentu pula sesuai dengan keadaan tanah dan keperluan penelitian. Tekanan
pori diukur relative terhadap tekanan atmosfer dinamakan muka air tanah. Tanah
yang diasumsikan jenuh walaupun sebenarnya tidak demikian karena ada
rongga-rongga udara(Mul, 2007).
Kegiatan
yang dilakukan di lapangan untuk mendapatkan struktur atau susunan pada
pengamatan profil tanah. Setelah melakukan penggalian dengan kedalaman 58 cm,
pada kedalaman ini batuan induk sudah di temukan kemudian melakukan pengamatan pada agregat
tanah agar dapat menentukan lapisannya. Pada pengamatan ini karakteristik kami
menemukan III lapisan struktur pada struktur lapisan I F (halus) dengan tekstur lempung berliat, lapisan II VF (sangat halus)
dengan tekstur liat, lapisan III VF (sangat halus) dengan tekstur liat.
Struktur
tanah merupakan ikatan partikel tanah satu susunan lain. Ikatan tanah terbentuk
sebagai agregat tanah. Apabila syarat agregat tanah terpenuhi maka dengan
sendirinya dari luar disebut ped. Sedangkan ikatan merupakan gumpalan yang
sudah terbentuk akibat penggarapan tanah disebut clod. Untuk mendapatkan
struktur tanah yang baik dan valia harus dengan melakukan kegiatan lapangan, sedangkan
di labolatorium relatif sukar terutama dalam mempertahankan keaslianya dari
bentuk agregatnya (Hardjowigeno, 2009).
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam melakukan praktikum ini kita
dapat mengenal dan mempelajari tentang
cara menetukan warna tanah, struktur tanah, tekstur tanah, pengenalan alat
bahan survei, kadar air, distribusi organisme tanah, kadar bahan organik tanah,
pemboran dan pengamatan profil tanah, konsistensi tanah dan stabilitas dan
agregat.
Profil tanah merupakan suatu irisan
melintang pada tubuh tanah yang menunjykan susunan horizon tanah, dimulai dari
permukaan tanah sampai lapisan bahan induk dibawahnya. Alat survei adalah
alat-alat yang digunakan untuk mempelajari mengumpulkan data, mencari bahan
galian, pengambilan sampel, serta meliputi pengukuran. Tekstur tanah berkaitan
dengan kemampuan tanah untuk menahan air
dan juga reaksi kimia tanah.
Struktur tanah merupakan gumpalan
kecil dari butiran-butiran tanah.
Gumpalan ini terjadi karena butiran-butiran pasir, debu dan lempeng
terikat satu sama lain oleh suatu perekat seperti bahan organik, oksida-oksida
besi daan lain-lain.
Warna tanah adalah sifat tanah yang paling jelas dan mudah ditentukan.
Walaupun warna mempunyai pengaruh yang kecil terhadap kagunaan tanah, tetapi kadang-kadang dapat
dijadikan petunjuk adanya
sifat-sifat khusus dari tanah.
Pengambilan contoh tanah berupa
contoh tanah terganggu dan tanah utuh.
Contoh tanah tergangu digunakan untuk analisis
sebaran partikel tanah (tekstur tanah) dan kandungan bahan organik
tanah, sedangkan agregat utuh digunakan untuk
analisi agregat kemantapan agregat tanah.
B. Saran
Sebaiknya komunikasi antara asisten dan
praktikan berjalan dengan baik agar tidak terjadi kesalah pahaman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar