Selasa, 10 September 2019

LAPORAN DASAR DASAR ILMU TANAH


BAB  I
PENDAHULUAN
A.      Latatar Belakang
Tanah adalah salah satu sistem bumi, yang bersama dengan sistem bumi yang lain, yaitu air alami dan atmosfer, menjadi inti  fungsi, perubahan, dan pementapan ekosistem. Tanah berkedudukan khas dalam masalah lingkungan hidup, merupaka kimia lingkungan  dan membentuk landasan hakiki bagi kemanusian.
            Tanah adalah hasil pengalihragaman bahan mineral dan organik yang berlangsung dimuka daratan bumi di bawah pengaruh faktor-faktor  lingkungan yang bekerja selama waktu sangat panjang, dan maujud sebagai suatu tubuh dengan organisasi dan morfologi tertakrifkan. Pada dasarnya tanah merupaka tubuh alam. Namun demikian banyak tanah yang memperlihatkan  tanda-tanda pengaruh antropogen. Contoh, struktur tanah berubah karena beban lalulintas, susunan kimia tanah berubah karena pemupukan atau irigasi, irigasi juga mengubah  regim lengas tanah, dan mofologi tanah mengalami turbasi karena pengelolaan tanah.
Tanah berasal dari pelapukan batuan dengan bantuan organisme, membentuk tubuh unik yang menutupi batuan. Proses pembentukan tanah dikenal sebagai ''pedogenesis''. Proses yang unik ini membentuk tanah sebagai tubuh alam yang terdiri atas lapisan-lapisan atau disebut sebagai horizon tanah. Setiap horizon menceritakan mengenai asal dan proses-proses fisika, kimia, dan biologi yang telah dilalui tubuh tanah tersebut.
Pelapukan batuan induk menghasilkan bahan induk tanah. Tanah merupakan “tubuh-alamiah” yang tersusun atas lapisan (horison tanah) yang beragam ketebalannya, berbeda dengan bahan induk dalam hal sifat-sifat morfologi, fisika, kimia, dan karakteristik mineraloginya. Tanah terdiri dari partikel pecahan batuan yang telah diubah oleh proses kimia dan lingkungan yang meliputi pelapukan dan erosi. Tanah berbeda dari batuan induknya karena interaksi antara, hidrosfer atmosfer litosfer, dan biosfer. Ini adalah campuran dari konstituen mineral dan organik yang dalam keadaan padat, gas dan air.
Tanah merupakan tubuh alam yang berdimensi dalam dan luas, sebagai hasil kerja gaya-gaya pembangun dan penghancur serta berfungsi sebagai media tumbuh tanaman. Tanah dapat ditemukan disekitar kita dan mempunyai arti yang sangat penting dalam kehidupan. Seperti yang telah kita ketahui tanah merupakan media tumbuh bagi makhluk hidup sehingga sangat berpengaruh bagi kelangsungan hidup makhluk hidup yang hidup di atasnya. Secara fisik tanah berfungsi sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran, penopang tegak tumbuhnya tanaman dan menyuplai kebutuhan air dan udara.
Tanah terdiri dari tiga komponen: padat (butir pasir, debu, liat dan bahan organik), cair (air di dalam pori tanah), dan udara (di dalam pori atau rongga tanah). Penelitian tanah pada umumnya dimulai dengan pengamatan profil tanah di lapangan. Profil tanah terdiri dari beberapa horizon tanah yang kurag lebih sejajar dengan permukaan tanah dan dibedakan satu sama lain atas dasar warna, struktur, tekstur dan lain-lain.
          Sifat-sifat fisika tanah adalah sifat-sifat tanah yang ditentukan oleh bahan penyusunnya. Sifat-sifat fisika tanah ini sangat penting untuk diketahui, karena memiliki pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan dan prodksi tanaman yang tumbuh di atas tanah tersebut. Sifat-sifat fisika tanah mempengaruhi ketersediaan air di dalam tanah, menentukan penetrasi (penembusan) akar di dalam tanah, sifat drainase dan aerasi tanah, serta ketersediaan unsur-nsur hara tanaman. Sifat-sifat fisika tanah juga mempengaruhi sifat-sifat kimia dan biologi tanah.
            Tanah memiliki sifat dan karakteristik yang berbeda-beda, misalnya yang berwarna merah, hitam, kelabu, ada yang bertekstur pasir, debu, liat dan sebagainya. Dan untuk membedakan sifat tanah tersebut dilakukan klasifikasi tanah, yaitu usaha untuk membeda-bedakan tanah berdasar atas sifat-sifat yang dimilikinya. Hal ini sangat penting karena tanah-tanah dengan sifat yang berbeda memerlukan perlakuan (pengelolaan) yang berbeda pula. Untuk mengetahui secara jelas karakteristik tanah baik secara umum maupun khusus maka disusunlah makalah ini. Dan untuk karakteristik tanah secara khusus saya mengambil klasifikasi tanah dari jenis tanah Alfisol untuk dianalisa.
Sifat fisika tanah  berhubungan erat dengan kelayakan pada banyak penggunaan ( yang diharapkan dari) tanah. Kekokohan dan kekuatan pendukung, drainase dan kapasitas penyimpanan air, plastisitas, kenudahan ditembus akar, aerasi, dan penyimpanan hara tanaman semuanya secara erat berkaitan dengan kondisi fisika tanah. Oleh karena itu, eratkaitanya  bahkan jika seseorang berhadapan dengan tanah dia harus mengetahui sampai berapa jauh dan dengan cara apa sifat-sifat tersebut dapat diubah.
Menurut sifat kmiawi tanag berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi (senyawa organic dan anorganik sederhana dan unsure-unsur esensial seperti:N, P, K, Ca, Mg, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B dan CI) dan secara biologi berfungsi sebagai habitat biota (organism) yang berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif (pemacu tumbuh proteksi) bagi tanaman yang ketinggianya secara integral mampu menunjang produktivitas tanah. 
Tubuh tanah (solum) tidak lain adalah batuan yang melapuk dan mengalami proses pembentukan lanjutan. Usia tanah yang ditemukan saat ini tidak ada yang lebih tua daripada periode Tersier dan kebanyakan terbentuk dari masa Pleistosen. Tubuh tanah terbentuk dari campuran bahan organik dan mineral. Tanah non-organik atau tanah mineral terbentuk dari batuan sehingga ia mengandung mineral. Sebaliknya, tanah organik (organosol / humosol) terbentuk dari pemadatan terhadap bahan organik yang terdegradasi.
Tanah organik berwarna hitam dan merupakan pembentuk utama lahan gambut dan kelak dapat menjadi batu bara. Tanah organik cenderung memiliki keasaman tinggi karena mengandung beberapa asam organik (substansi humik) hasil dekomposisi berbagai bahan organik. Kelompok tanah ini biasanya miskin mineral, pasokan mineral berasal dari aliran air atau hasil dekomposisi jaringan makhluk hidup. Tanah organik dapat ditanami karena memiliki sifat fisik gembur (porus, sarang) sehingga mampu menyimpan cukup air namun karena memiliki keasaman tinggi sebagian besar tanaman pangan akan memberikan hasil terbatas dan di bawah capaian optimum.
Tanah non-organik didominasi oleh mineral. Mineral ini membentuk partikel pembentuk tanah. Tekstur tanah demikian ditentukan oleh komposisi tiga partikel pembentuk tanah: pasir, debu, dan liat. Tanah berpasir didominasi oleh pasir, tanah berliat didominasi oleh liat. Tanah dengan komposisi pasir, debu, dan liat yang seimbang dikenal sebagai tanah lempung.
Warna tanah merupakan ciri utama yang paling mudah diingat orang. Warna tanah sangat bervariasi, mulai dari hitam kelam, coklat, merah bata, jingga, kuning, hingga putih. Selain itu, tanah dapat memiliki lapisan-lapisan dengan perbedaan warna yang kontras sebagai akibat proses kimia (pengasaman) atau pencucian (leaching). Tanah berwarna hitam atau gelap seringkali menandakan kehadiran bahan organik yang tinggi, baik karena pelapukan vegetasi maupun proses pengendapan di rawa-rawa. Warna gelap juga dapat disebabkan oleh kehadiran Mangan, belerang, dan nitrogen. Warna tanah kemerahan atau kekuningan biasanya disebabkan kandungan besi teroksidasi yang tinggi; warna yang berbeda terjadi karena pengaruh kondisi proses kimia pembentukannya. Suasana aerobik / oksidatif menghasilkan warna yang seragam atau perubahan warna bertahap, sedangkan suasana anaerobik / reduktif membawa pada pola warna yang bertotol-totol atau warna yang terkonsentrasi.
Struktur tanah merupakan karakteristik fisik tanah yang terbentuk dari komposisi antara agregat (butir) tanah dan ruang antaragregat. Tanah tersusun dari tiga fasa: fasa padatan, fasa cair, dan fasa gas. Fasa cair dan gas mengisi ruang antaragregat. Struktur tanah tergantung dari imbangan ketiga faktor penyusun ini. Ruang antaragregat disebut sebagai porus (jamak pori). Struktur tanah baik bagi perakaran apabila pori berukuran besar (makropori) terisi udara dan pori berukuran kecil (mikropori) terisi air. Tanah yang gembur (sarang) memiliki agregat yang cukup besar dengan makropori dan mikropori yang seimbang. Tanah menjadi semakin liat apabila berlebihan lempung sehingga kekurangan makropori.
Pembentukanya dari bahan litosfer berlangsug dengan proses pelapukan dan yang dari bahan biosfer berlangsung dengan proses dekomposisi dan minerelisasi. Pelapukan adalah istilah umum yang mengunjukan keseluruhan proses perombakan dan pengubahan fisik, kimia, dan hayati batuan dan mineneral yang berlansung atau dekat permukaan bumi.
B.  Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari praktikum dasar dasar ilmu tanah  untuk mengetaui cara penentuan sifat-sifat fisik, kimia dan biologi tanah dalam berbagai penggunaan laan.
Kegunaan dalam praktikum dasar-dasar ilmu tanah dapat mengetahui sifat-sifat fisik, kimia dan biologi tana pada lapisan dan pada berbagai penggunaan laan yang berbeda.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


A.  Sifat Fisik dan Morfologi Tanah
Sifat fisik tanah adala sifat yang bertanggung jawab atas peredaran udara, panas, air, dan zat  terlarut melalui tanah. Beberapa sifat fisika dapat mengalami penggarapan tanah. Sifat fisika tanah yang terpenting adalah tekstur  tanah, struktur tanah, komposisi tanah, porositas, stabilitas, konsistensi, warma maupun suhu tanah. Sifat tanah berperan dalam aktivitas perakaran tanaman, baik dalam hal absorbs unsure hara, air maupun oksigen juga sebagai pembatas akar tanaman (Hakim et al. 2007).
Sifat  fisik tanah  lain yang cukup penting  untuk mengetahui cirri dan perilaku tana adalah kerapatan partikel, keapatan lindak, konsistensi, temperaturedan warna tanah. Kerapatan partikel tanah bervariasi  tergantung pada kandungn nbahan organic. Kerapatan lindak tana nbervariasi tergantung  pada kandungan masam tanah.  Kerapatan lindak tergantung  pada kerapatan partikel dan ruang pori tanah. Tanah lapisan permukaan yang kaya bahan organik dan gembur mempunyai kerapatan lindak yang lebih renda dari pada lapisan bawah yang lebih pejal dan kandungan humus rendah (Sutanto, 2009).
Struktur tanah sangat berpengaruh dalam bidang pertanian. Tana sebagai media tumbuh bagi tanaman menjadi penentu seberapa besar  hasil panen yang akan didapat. Tanaman membutuhkan suplay air dan unsur hara yang optimal untuk proses fotosistesis, sedangkan suplai air dan unsure hara yang dibutuhkan itu diambil dari dalam tanah melalui akar. Pengambilan air dan unsur hara ini sangat tergantung oleh  type struktur tanah yang menjadi tempat tumbuh tanaman tersebut. Jika strukturnya semakin mantap maka partikel  penyusun juga akan semakin rapat  sehingga akar akan sulit nuntuk menembusnya, sebaliknya jika kemantapan strukturnya terlalu lemah maka ketersedian unsure hara dan air  akan sedikit karena tanah tidak dapat mengikat unsur hara  dan air dengan kuat, oleh karena itu dibutuhkan struktur tanah  yang seimbang untuk mengoptimalkan  pertumbuhan tanaman sehingga hasil panen  yang didapat akan melimpah (Kurnia, ddk, 2007).
Struktur tanah dapat mempengaruhi sifat fisik tanah yaitu pada kerapatan  partikel, semakin mantap struktur tanah maka partikel penyusun  juga akan semakin rapat. Konsistensi ntanah juga di tentukan oleh seberapa mantap  struktur tanah yang ada, misalnya pada jenis struktur  remah maka tana mempertahankan bentuknya  karena sangat halus, sebaliknya pada struktur tanah yang sangat kuat  mempertahankan bentunnya karena sengat padat. Selain itu warrna tana juga berhubungan dengan struktur  pembentuk  tanahnya, misalnya pada type struktur tanah granuler dan remah, warnanya lebih gelap karena  mengandung banyak bahan organic (Handayanto, 2009).
Konsistensi tanah adalah derajat kekuatan tanah dari perubahan bentuk. Biasanya di lapangan dilakukan dengan cara memeras, memijit, dan memirit. Kondisi tana terdiri ndari kering, lembab dan basah. Konsistensi tanah menunjukan kekuatan daya butir-butir tanah atau daya adhesi butiran-butiran tanah dengan  benda lain. Hal ini ditunjukan oleh daya tahan  tahan tanah terhadap yaga yang akan mengubah bentuk. Gaya-gaya tersebut misalnya pencangkulan, pembajakan, dan sebagainya. Tanah-tanah yang mempunyai  konsistensi baik umumnya  mudah diolah dan tidak melekat  pada alat pengolah tanah. Oleh karena tanah dapat ditemukan  dalam keadaan lembab, basah atau kering maka penyifatan konsistensi tanah harus disesuaikan  dengan keadaan tanah tersebut (Hardjowigeno, 2007).
Konsistensi tanah  daya kohesi dan adhesi diantara partikel-partikel tanah dan ketahanan (resistensi) massa tanah tersebut terhadap perubahan bentuk oleh tekanan atau berbagai kekuatan yang dapat mempengaruhi. Konsistensi tanah ditentukan oleh tekstur dan struktur tanah. Pentingnya konsistensi tanah ialah untuk menentukan cara penggarapan tanah yang efisien dan penetrasi akar tanaman di lapisan tanah bawahan. Tanah yang bertekstur pasir bersifat tidak lengket, tidak liat (non plastic) dan lepas-lepas. Sebaliknya tanah bertekstur lempung-berat pada keadaan basah berkonsistensi sangat lengket, sangat liat dan bila kering bersifat sangat teguh (kuat) dan keras.
Warna tanah adalah salah satu sifat  tanah yang dengan mudah dapat dilihat dan dapat menunjukan sifat-sifat tanah. Warna tanah merupakan campuran  dari komponen-komponen warna lain  yang terjadi oleh pengaruh berbagai factor. Urutan tanah yang menunjukan penurunan produktivitas tanah ialah hitam, coklat, abu-abu coklat, merah, abu-abu, kuning, dan putih. Dalam survey atau penelitian tanah  di lapangan selalu menggunakan daftar warna dalam Munsel Soil Colour Charts  yang terdiri dari hue, value, dan chroma.
Tentang warna tanah dinyatakan dalam3 satuan:  HUE , VALUE dan CHROMA.  Hue adalah warna spectrum yang dominan,sesuai dengan panjang gelombangnya.  Value  adalah gelap terangnya suatu warna, sesuai dengan banyaknya sinar yang dipantulkan.  Chroma adalah intensitas warna atau kekuatan dari warna spectrum. Warna tanah ini dibaca dengan menggunakan buku munsell soil tanah color chart, misalnya Hue= 7,5 YR, Value = 5  dan Chroma =4, maka Warna tanah tersebut 7,5 YR 5/4 – brown = coklat.
Meskipun hubungan langsung dengan tanaman  tidak begitu jelas, tetapi warna dapat digunakan untuk menjejaki sifat lain dari tanah yang penting.  Misalnya warna hitam  dilapisan atas. Umumnya kandungan bahan organiknya tinggi. Warna merah menunjukan tanah relative kaya akan besi, warna biru atau kelabu menunjukkan drainase yang jelek.
Meskipun hubungan langsung dengan tanaman  tidak begitu jelas, tetapi warna dapat digunakan untuk menjejaki sifat lain dari tanah yang penting.  Misalnya warna hitam  dilapisan atas. Umumnya kandungan bahan organiknya tinggi. Warna merah menunjukan tanah relative kaya akan besi, warna biru atau kelabu menunjukkan drainase yang jelek.
Warna tanah merupakan karakteristik tanah dilapangan yang akan diidentiikasi dan merupakan petunjuk untuk beberapa sifat warna. Warna hitam biasanya menunjukan kandungan bahan organic, warna merah menunjukan adanya oksida besi-bebas (tanah-tanah yang teroksidasi), sedangkan warna abu-abu menunjukan adanya reduksi. Warna tanah berhubungan dengan sifat fisik, kimia dan biologi tanah (Priyanto, 2009).
Degradasi sifat fisik tanah pada umunya disebabkan karena memburuknya struktur tanah. Kerusakan struktur tanah diawali dengan penurunan kestabilan agregat tanah sebab akibat dari pukulan air hujan dan kekuatan limpasan permukaan.
Penurunan kestabilan agregat tanah berkaitan dengan penurunan kandungan bahan organic tanah, aktivitas perakaran dan mikroorganisme tanah. Penurunan ketiga agen pengikat tanah tersebut, selain menyebabkan agregat  tanah relative mudah pecah juga penyebab terbentuknya kerak dipermukaan tanah  (soil crusting) yang mempunyai sifat padat dan keras bila kering. Pada saat hujan turun, kerak yang terbentuk dipermukaan tanah  juga menyebabkan penyumbatan pori tanah. Akibat proses penyumbatan pori tanah ini, porositas tanah, distribusi pori tanah, dan kemampuan tanah untuk mengalirkan  air mengalami penurunan dan limpasan permukaan akan meningkat. Sehingga upaya perbaikan degradasi sifat fisik tanah  mengarah terhadap perbaikan struktur tersebut (Suprayogo, 2001).
Sifat fisik menunjukan, tanah rentan terhadap erosi dan pemadatan. Oleh  karena itu pemanfaatan lahan hutan  untuk pertanian tanaman hutan, mensyaratkan perlunya tindakan konservasi tanah  dan menghindari daerah berlereng khususnya untuk tanaman pangan, selain perlunya meningkatkan kesuburan tanah melalui pemupukan.       


B.  Sifat Kimia Tanah
Perilaku kimia tanah didefinisikan sebagai keseluruhan  reaksi fisika kimia yang  berlangsung antar penyusun tanah serta antar  penyusun tanah dan bahan yang ditambahkan kedalam tanah  dalam bentuk pupuk ataupun pembentuk tanah lainya. Factor kecepatan semua  bentuk reaksi kimia yang berlangsung dalam tanah  yang diperhitungkan dengan  menit sampai luar biasa lama yang diperhitungkan dengan abad. Pada umumnya reaksi-reaksi yang  terjadi di dalam tanah oleh tindakan faktor lingkungan tertentu (Sutanto, 2009).
Bahan organik dalam tanah  dapat didefinisikan sebagai sisa-sisa tanaman  dan hewan didalam  tanah pada berbagai  pelapukan dan terdiri dari organisme yang masih hidup ataupun yang sudah mati. Di dalam tanah, bahan organik bisa berfungsi dan memperbaiki sifat kimia,  biologi tanah sehingga ada sebagian ahli menyatakan bahwa bahan organik di dalam tanah  memiliki fungsi yang tak tergantikan (Sutanto, 2006).
Selain kadar bahan organik  yang dapat diindikasikan  sebagai tingkat kesuburan tanah, kadar kapur dalam tanah juga  dianalisis sebagai indikasi  tingkat kandungan kapur yang bisa mempengaruhi reaksi kimia dalam tanah. Pengaruh kapur dalam tanah  dapat meliputi proses pembentukan agregat  tanah, pengikatan hara oleh tanah, dan parameter tanah  lain yang berhubungan  dengan kegiatan biologi dalam tanah (Sutopo, 2008). Kapur  (CaCO3)  mampu meningkatkan pH tanah dan menetralisir ion H+ di dalam larutan tanah. Ion OH- yang berasal dari reaksi CaCO3  dengan muatan positif  pada permukaan kaloid tanah mampu menetralisir, akhirnya akan meningkatkan pH tanah. Kapur selain berpengaruh meningkatkan pH  tanah juga mempercepat perombakan bahan organik (Hartati, 2009).
Bahan organik dilapiskan atas  melalui proses mineralisir maupun erosi  merupakan penyebab utama  menurunya kesuburan tanah. Sifat kimia tanah berbahan induk batu liat lebih baik dibandungkan tanah berbahan induk batu pasir seperti diperlihatkan oleh kandungan basa-basa dapat tukar, kapasitas tukar kation dan K potensi yang lebih tinggi, akan tetapi dibatasi oleh kandungan Al yang tinggi. Perubahan penggunaan  lahan hutan menjadi lahan pertanian, selain meningkatkan proses mineralisasi bahan organik, juga memutus siklus biologi yang berpengaruh terhadap menurunya kesuburan tanah (Suharta,ddk. 2008).
Sifat fisik kimia tanah  merujuk pada tabiat dan perilaku mekanik, termal, optik, koloidal, dan hidrologi tanah. Tabiat dan perilaku menghadirkan sejumlah parameter yang dapat diamati dan atau diukur. Susunan mekanik tanah merujuk kepada ukuran, bentuk,  kerapatan dan kimiawi zarah tunggal komponenpadat mineral (Kohnke, 1968).
Ukuran, secara kasaran zarah mineral tanah di pilahkan menjadi tiga kategori. Yang berdiameter lebih besar dari pada 2 cm disebut batu, berdiameter antara 2 cm dan 2 mm disebut bahan tanah halus (Kohnke, 1968). Analisis fisik  dan kimia tanah hanya menggunakan bahan tanah halus.
Dalam analisis agihan besar zarah, bahantanah hakus dipilahkan lebih lanjut menjadi tiga fraksi utama pasir, debu (lanau), dan lempung. Fraksi tanah ialah sekolompok zarah tanah yang berukuran diantara batas-batas  tertentu.
Bentuk zahra pasir dan berdebu biasanya berbentuk gumpal membulat, gumpal menyudut, atau kubik. Zarah-zarah tersebut adalah  hasil pelapukan berupa mineral primer  yang terlepas dari embanan  batuan dab sibir batuan. Rusuk yang semula tajam menjadi tumpul dan membulat karena abrasi selama pengangkutan oleh air, rayapan es, atau angin. Zarah yang belum mengalami  pengangkutan atau baru diangkut dalam jarak pendek biasanya berusuk tajam.
Zahra lempung berbentuk lempeng  berkenaan dengan strukturnya yang berlapis-lapis. Zarah lempung tidak ada yang berbentuk bola atau gumpal, kecuali kalau mengandung oksida dan hidroksida Fe dan Al sekunder [contoh,goethit FeO(OH) dan gibbsit Al (OH)3]. Ada yang amorf ( contoh, lempung alofan).
Bentuk zahra pasir dapat dinyatakan secara kuantitatif dengan besarnya kebolan (sphericity) dan kebundaran (roundness). Kebolaan suatu benda berbentuk bola  sempurna adalah I, sedangkan kebolaan suatu benda berbentuk jarum tipis mendekati nol. Suatu benda yang semua rusak dan sudutnya tumpul melengkung, mempunyai kebundaran mendekati I. Benda dengan semua rusak dan sudutnya tajam dan runcing, mempunyai kebundaran kecil (Kohnke, 1968).
Pengaruh atas ketersediaan /keterlarutan/mobilisasi unsur-unsur N, S, P, Cu, Zn, AI, Fe dan Mn, pH berpotensi menjadi faktor penting  pencemaran lingkungan. Mobilisasi N dan P dapat menimbulkan etrofikasi badan air. Mobilisasi S dapat menyebabkan pemasaman badan air. Logam-logam Cu, Zn, AI, Fe, dan Mn dalam keterlarutan meningkat dapat meracuni tumbuhan., jasd penghuni tanah, dan biota air. Tanah yang sangat masam atau sangat basa berdaya merusak bangunan (Alloway & Ayres, 1994).
Kemasaman dan kebasaan tanah bersumber dari sejumlah senyawa. Air adalah sumber kecil ion H karena didosiasi molekul H2O lemah. Sumber-sumber besar adalah asam-asam anorganik dan organik. Proses yang menghasilkan ion H+  ialah respirasi akar dan jasad penghuni tanah, perombakan bahan organik, pelarutan CO2 udara dalam lengas tanah, hidrolisasi AI, nitrifikasi, oksidasi N2 , oksidasi S, dan pelarutan serta penguraian pupuk kimia.
Respirasi akar dan jasad penghuni tanah serta perombakan bahan organik menghasilkan CO2. Penggabungan CO2 (termasuk yang berasal dari udara) dengan air menghasilkan asam karbonat. Perombakan bahan organik juga menghasilkan asam-asam organik. Hidrolisasi AI membentuk ion AI3+ terhidrat yang merupakan donor proton (ion H+) dan dengan demikian dapat memasamkan tanah. Peranan seperti ini juga dijalankan oleh ion-ion logam lain bermuatan 3 atau lebih yang berhidrat (Tan, 1994).
Ion yang di jerap pada permukaan zarah kaloid dipoegang oleh kakas yang berkisar  dari lemah sampai kuat. Besar kasar bergantung pada macam kaloid yang menjerap dan macam ion yang dijerap. Pengikatan paling lemah dilakukan oleh kkas fisik (kakas residual, kakas van der waals) yang timbul dari salingtindak listrik anatara elektron yang bergerak dalam ion  dan yang bergerak dalam permukaan kaloid. Pengikatan paling kuat dengan kakas elektrostatik (kakas martabak kimia) yang timbul karena keturahan dan kekahatan elektron; yang turah elektron  yeng memberikan kapada yang kahat elektron. Pengikatan elekrostatik membentuk lapis rangkap listrik disekeliling zarah penjerap (Krauskopf, 1979).
Kebanyakan larutan tanah alami merupakan larutan elektrolit encer yang ion-ionnya berada dalam keseimbangan dinamika dengan ion-ion lawan goyah yang berasosiasi dengan permukaan daerah  koloid. Dalam hal tanah yang dirajai oleh zarah koloid  bermuatan negatif (kebanyakan tanah demikian), terjadi pengumpulan kation di dekat permukaan zarah  sehinga berlebih dibandingkan dengan kadarnya dalam larutan luar. Kation ditarik dan anion ditolak oleh permukaan zarah sehingga kadar kation dalam  larutan meningkat semakin dekat  dengan permukaan zarah. Mintakat perubahan potensial listrik diantara zarah padat dengan muatan permukaanya dan larutan luar dengan keseimbangan kimianya, disebut lapisan rangkap elektrokimia (lapis rangkap listrik). Tebal lapis rangkap listrik  bergatung pada kadar elektrolit keseluruhan dalam larutan tanah dan martabat ion lawan. Makin rendah kadar elektrolit daan makin rendah martabat ion lawan, lapisan rangkap listrik makin tebal karena perubahan potensial listrinya makin baur (Amold, 1978).
            KTK tanah berbeda-beda tergantung pada (1) kadar dan macam lempung serta (2) kadar bahan organik serta senyawa-senyawa organik penyusun bahan organik. Makin tinggi kadar lempung  dan kadar bahan organik, KTK makin besar. Hal ini berkaitan dengan jumlah tapak jerapan yang masih banyak, ada macam lempung yang mempunyai KTK besar dan ada yang  kecil. Ada senyawa organik penyusun bahan organik yang mempunyai KTK lebih besar dan ada yang lebih kecil. Senarai berikut ini memperlihatkan kisaran KTK bermacam koloid tanah. Koloid tanah yang bermuatan negatif ialah Si-Oksida, Mn-dioksida,  dan Koloid organik. Ade feri-hidroksida yang bermuatan negatif (Krauskof, 1979).
Hasil dekomposisi bahan organik berupa bahan amino dan bahan organik sekunder berupa bahan humik menyumbang banyak kepada KTK dan KTA tanah. Asam amino adalah enyawa amfoter karena mengandung gugus karboksil yang berperilaku sebagai asam dan gugus amino yang berperilaku sebagai basa. Tergantung  pada keadaan, asam amino dapat bermuatan bersih negatif atau positif. Ion asam amino yang netral (barada pada pH0) disebut zwitterion(bahasa jerman yang berarti “rangkap” atau “pasangan” dengan rumus (Tan, 1994).
C.  Sifat Biologi Tanah
Biologi tanah adalah ilmu yang mempelajari  mahluk-makluh hidup didalam tanah. Karena ada bagian-bagian hidup di dalam  tanah, maka tanah itu disebut sebagai “Living System” contonnya akar tanaman dan organisme lainya di dalam tanah ( Fitri, 2011).
Terdapat beberapa jenis fauna  tanah yang berperan dalam lahan pertanian. Semua jenis fauna tanah yang ada umumnya sangat mempengaruhi kesuburan  tanah bahkan bisa mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Ukuran fauna tanah sangat  beragam  mulai dari binatang liar atau binatang peliharaan sama pada fauna  yang berukuran satu sel seperti protozoa  yang berperan dalam penghancuran  seresah menjadi ukuran yang lebuh kecil. Beberapa jenis fauna tanah antara lain yaitu protozoa yang berperan dalam dekomposisi  bahan organik yaitu contonya cacing. Jenis arthropoda permukaan tanah memiliki peran penting dalam ekosistem pertanian, arthropoda permukaan tanah berperan dalam jaringan makanan yaitu sabagai herbivore, karnivor, dan detrivor (Hesteria, 2011).
Menurut Suhadjo et al. (2001) arthropoda tanag yang termaksud dalam fauna tanah memiliki beberapa peran pada ekosistem pertanian, yaitu sebagai pelaku perombakan, pengatur perombakan dan pemancar mikrob, trasfer  energi dan pengaliran mineral, pengendali komunikasi  dan populasi mikriflora , bioindikator, dan peningkatan porositas dan aerasi tanah. Sedangkan menurut Levelle dan martin (1992) di acu dalam James  (1996)  meskipun cacing tanah diketahui  sebagai dekomposer, cacing tanah dapat melindungi  bahan organik dari keracunan  yang lebih lanjut pada sistem tropis yang lembab.
Produksi bahan organik sebagai faktor intensitas dipersyarati oleh ketersediaan hara, udara, dan air serta oleh ciri pertumbuhan vegetasi. Bahan organik tanah atau (BOT) memajukan kebaikan struktur dan konsistensi tanah, dan dengan demikian memperbaiki ketrolahan aerrasi, permeabilitas dan daya tanah menyimpan air. BOT dapat menambat air sampai 20 kali lipat bobotbya sendiri (Stevenson, 1994).
Pada tahama klimaks sistem tanah bersifat mantap dan kemantapanya dipertahankan oleh proses-proses pengatur yang kadang-kadang melibatkan faktor-faktor luar berupa saling tindak organisme x lingkungan akan tetapi dalam banyak kasus dikerjakan oleh mekanisme swa-atur berupa salung tindak organisme x organisme. Kecendrungan suatu ekosistem klimaks atau masak melawan perubahan dan memugar diri menjadi tahana tunak kembali apabila terkena usikan disebut hemeostasis (Richards, 1976).
Makrofauna berpotensi terbesar mendayai langsung sifat-sifat  fungsional tanah makhluk-makhluk ini menghaluskan dan mengagihkan ulang sisa organik dalam profil tanah yang meningkatka luas permukaan dan ketersediaan substrat organik bagi kegiatan mikrobia golongan tertentu mikro fauna tanah, terutama semut, rayap dan cacing tanah, dapat mengubah banyak struktur tanah yang pada giliranya dapat mempengaruhi infiltrasi, daya antar hidrolik dan pelindian. Kegiatan hewan tanah mempengaruhi kebanyakan proses yang mendasrai sifat fungsional tanah seperti memeajukan pertumbuhan tanaman ameliorasi kontaminasi lingkungan, dan menghidupkan kapasitas tanah berfungsi selaku suatu penyangga lingkungan (Linden, dkk., 1994).
Salah satu tanda kegitan mikrofauna tanah ialah terbentuknya krotofina dalam profil tanah krotofina adalah kantong atau terowongan berbentuk beraneka yang dibuat oleh hewan penggali didalam suatu bagian profil tanah berisi bahan tanah atau bahan lain yang di angkut dari tempat lain (SSSA, 1997).
Tanah berasal dari pelapukan batuan dengan bantuan organisme, membentuk tubuh unik yang menutupi batuan. Proses pembentukan tanah dikenal sebagai ''pedogenesis''. Proses yang unik ini membentuk tanah sebagai tubuh alam yang terdiri atas lapisan-lapisan atau disebut sebagai horizon tanah. Setiap horizon menceritakan mengenai asal dan proses-proses fisika, kimia, dan biologi yang telah dilalui tubuh tanah tersebut.
Organisme sebagai bioindikator kualitas tanah bersifat sensitif terhadap perubahan, mempunyai respon spesifik dan ditemukan melimpah di dalam tanah. Salah satu organisme tanah adalah fauna yang termasuk dalam kelompok makrofauna tanah (ukuran > 2 mm) terdiri dari milipida, isopoda, insekta, moluska dan cacing tanah (Wood, 1989).
Penentuan bioindikator kualitas tanah diperlukan untuk mengetahui perubahan dalam sistem tanah akibat pengelolaan yang berbeda. Perbedaan penggunaan lahan akan mempengaruhi populasi dan komposisi makrofauna tanah. Pengolahan tanah secara intensif, pemupukan dan penanaman secara monokultur pada sistem pertanian konvensional dapat menyebabkan terjadinya penurunan secara nyata biodiversitas makrofauna tanah.
Populasi, biomasa dan diversitas makrofauna tanah dipengaruhi oleh praktek penggelolaan lahan dan penggunaannya. Sebaliknya, pada lahan terlantar karena kualitas lahannya tergolong masih rendah menyebabkan hanya makrofauna tanah tertentu yang mampu bertahan hidup, sehingga diversitas makrofauna tanah baik yang aktif di permukaan tanah maupun di dalam tanah juga sangat rendah.
Fauna tanah memerlukan persyaratan tertentu untuk menjamin kelangsungan hidupnya. Struktur dan komposisi makrofauna tanah sangat tergantung pada kondisi lingkungannya. Makrofauna tanah lebih menyukai keadaan lembab dan masam lemah sampai netral (Notohadiprawiro, 1998). Hakim dkk (1986) dan Makalew (200
8), menjelaskan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi aktivitas organisme tanah yaitu, iklim (curah hujan, suhu), tanah (kemasaman, kelembaban, suhu tanah, hara), dan vegetasi (hutan, padang rumput) serta cahaya matahari.
Cahaya matahari merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi sifat-sifat tumbuhan dan hewan. Tumbuhan dan hewan yang berbeda memiliki kebutuhan akan cahaya, air, suhu, dan kelembapan yang berbeda. Berdasarkan responnya terhadap cahaya, makrofauna tanah ada yang aktif pada pagi, siang, sore, dan malam hari. Kebanyakan makrofauna permukaaan tanah aktif di malam hari. Selain terkait dengan penyesuaian proses metabolismenya, respon makrofauna tanah terhadap intensitas cahaya matahari lebih disebabkan oleh akitivitas menghindari pemangsaan dari predator. Dengan pergerakaannya yang umumnya lambat, maka kebanyakan jenis makrofauna tanah aktif atau muncul ke permukaan tanah pada malam hari (Makalew, 2008).









BAB III
METODELOGI PRAKTIKUM


A.  Waktu dan Tempat
Kegiatan praktikum dilaksanakan di Desa Wawatu, Kecamatan Moramo Utara, Kabupaten Konawe Selatan pada :
Hari/tanggal    : Sabtu, 13 Mei 2017
Jam                  : 10.00 sampai 13.00 wita
B.  Alat dan Bahan
Alat yang digunakanmeliputicangkul, patiba, parang, bortanah, pisaulapang, meterankain, ring sampel, gunting, cutter, danjarumpentul. Sedangkanbahan-bahan yang digunakanyaituPlastik sampel, Kertas label, Isolasi besar /lakban. Buku, dan Pulpen.
C.  Prosedur Kerja
Adapun cara kerja dalam praktikum ini adalah :
Pengenalan alat bahan survei dan teknik pengambilan contoh tanah.
Adapun prosedur kerja pada praktikum ini adalah :
1.      Penggunaan alat dan bahan survei
·      Mengamati bagian komponen  masing-masing alat yang diperkenalkan.
·      Menggambarkan  model bentuk masing-masing alat tersebut.
·      Menulis fungsi/cara kerja masing-masing alat tersebut.
·      Mendeskripsikan secara singkat spesifikasi masing-masing bahan yang diperlukan.
2.      Teknik pengambilan contoh  (sampel tanah)
a.    Sampel tanah utuh
·      Membersihkan dan meratakan permukaan tanah yang akan di ambil contohnya. : bila tanah dalam keadaan kering akan harus disiram terlebih dahulu.
·      Pada tanah tersebut diletakkan ring sampel secara tegak harus lurus dan tidak boleh miring.
·      Menekan ring dengan hati-hati dengan kaki sampai tenggelam sampai kira-kira 3/4nya kedalam tanah. Kemudian letakkan ring yang lain (ukran sama)  dan ditekan sampai ring yang ke dua  tenggelam kira-kira 1 cm dalam tanah.
·      Mengambil ring tersebut dengan pisau pemotong.
·      Memisahkan kedua ring dengan pisau pemotong, dan memotong tanah yang lebih bagian atas maupun bagian bawah ring dengan tipis.
·      Memasukan ring ke dalam kantung plastik kemudia di lakban dengan baik agar tanah tetap lembab.
b.    Sampel tanah terganggu
·      Sampel tanah komposit, yaitu kedalaman tanah 0-30 cm dan 30-60 cm atau sampel perlapisan. Bila menggunakan bor tanah atau pacul, atau bisa juga mengambil profil sesuai, dengan kedalamanya. Kemudian memasukan kedalam kantong plastik dan diberi label.
·      Sampel tanah per lapisan, ambil bongkahan masing-masing sekitar 1 kg dari lapisan bawah berturut-turut  samapai pada lapisan paling atas, kemudian setiap lapisan masukan kedalam kantong plastik dan diberi label.
·      Sampel-sampel tanah ini di bawah ke labolatorium  dikeringkan/dianginkan, digurus, kemudian di ayak ( disesuaikan dengan keperluan analisis tanah di labolatorium.
Pemboran dan pengamatan profil tanah.
Adapun prosedur karja pada praktikum ini :
1.    Keadaan penampang profil tanah masih bersifat alami, solum dibawah lapisan atas  atau lapisan oleh belum  banyak teganggu oleh tenaga mekanisme luar.
2.    Mengukur panjang dan lebar permukaan tanah 2 m x 1 m menggunakan meteran.
3.    Kemudian menggali tanah menggunakan pacul dan sekopang  sampai menemukan batuan induk.
4.    Mengikis bagian pinggir tanah yang akan di amati dengan menggunakan pattiba untuk memudahkan pengamatan.
Sambil melakukan pembuatan profil, dapat mencatat kondisi eksternal profil berupa : kelerengan, cuaca, bentuk wilayah, penggunaan lahan, vegetsi, ancaman banjir, gejala erosi, dan drainase.
Adapun cara pengamatan penampang profil tanah adalah sebagai berikut :
1.    Sambil  memperhatikan perbedaan warna, tekstur, konsistensi, dapat menarik  batas-batas lapisan sebagai tahap pertama ( jika warna dan tekstur sama maka perbedaan struktur, konsistensi, dan kandungan bahan kasar dapat digunakan untuk menentukan batas lapisan tahap kedua).
2.    Setiap  lapisan/horison  diberi nomor/kode berturut-turut dari atas ke bawah  kemudian dilakukan deskripsi dengan mengukur kedalaman masing-masing lapisan, menemukan warna, tekstur, struktur, pori, konsistensi, karatan Ph, serta kondisi perakaran.
3.    Kemudian melakukan pengamatan penampang secara menyeluruh untuk menentukan tingkat perkembangan tanah berdasarkan  jumlah laisan/horison. Menentukan kedalaman solum, top soil, sub soil, kedalaman efektif, dan kedalaman tanah.






BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.  Hasil
Hasil dari praktikum ini disajikan dalam tabel karakteristik eksternal dan internal profil tanah.
Tabel 1. karakteristik eksternal profil,
No
Krakteristik Umum
Hasil Pengaatan
1
No. Profil
II (Kelompok II B)
2
Tanggal Pengamatan
13 Mei 2017
3
Pengamat
Muh. Alfian Rahman (Kelompok II B) Penyuluhan Pertanian
4
Lokasi Pengamatan (GPS)
Desa Wawatu Kecamatan Moramo Utara Kabupaten Konawe Selatan
5
Tinggi Lokasi mdpl (Altimeter)
-
6
Kelerengan(Clinometer)
-
7
Cuaca
Mendung
8
Bentuk Wilayah
-
9
Fisiografi
-
10
Bahan Induk
Batu
11
Formasi Geologi
-
12
Batuan Permukaan
Tidak ada
13
Singkapan Batuan
-
14
Pengunaan Lahan
Perkebunan
15
Vegetasi
Alang-Alang, Rumput Silet
16
Ancaman Banjir
Tidak ada
17
Gejala Erosi
Sedang
18
Drainase
Baik
19
Kedalaman Air Tanah
Tidak Ada

Tabel .2 Karakteristik Internal Profil
No
Karakteristik Tanah
Lapisan
1
No. Lapisan
I
II
III
2
Simbol Lapisan
A
B
C
3
Kedalaman Lapisan
4
Warna Matriks
-
-
-
5
Warna Karatan
-
-
-
6
Tekstur
Lempung Berliat
Liat
Liat
7
Kandungan Bahan Kasar
-
-
-
8
Struktur (bentuk)
F (Halus)
VF (Sangat Halus)
VF (Sangat Halus)
9
Konsistensi (lembab)
-
-
-
10
Pori Tanah
-
-
-
11
Kondisi Perakaran
Banyak
Sedikit
Tidak Ada
12
Bahan Organik
-
-
-
13
Kandungan Kapur
-
-
-
14
pH Lapang
-
-
-
15
Kedalaman top soil



16
Kedalaman sub soil



17
Kedalaman efektif
58 cm


18
Kedalaman Tanah
58 cm


19
Tingkat perkembangan tanah



20
Klasifikasi Tanah
USDA :
FAO    :
PPT     :




Keterangan Lokasi Titik Pemboran
-       No. titik lokasi pemboran                           : K4          
-       Tanggal pemboran                                      : 13 Mei 2017
-       Nama pengebor (kelompok)                       : 2B
-       Koordinat lokasi pengeboran                     : -
Desa                                                    : Wawatu        
Kecamatan                                          : Moramo Utara          
Kabupaten                                           : Konawe Selatan
-       Ketinggian Tempat pengeboran                 : -
-       Kemiringan lereng                                      : 3-6 Derajat
-       Jenis penggunaan lahan                              : Perkebunan
-       Jenis vegetasi                                              : Alang-alang, Pepohonan, Rumput Silet, Serei
-       Drainase                                                     : Buruk
-       Penghambat perakaran                               : -
Tabel 3. Keterangan hasil pemboran.
a.    Tabel 4. Titik timur
No.
lapisan
Kedalaman
(cm)
Warna
Tekstur
Konsistensi
Lembab
Basah
I
22
Grayish Red (Abu-Abu Kemerahan)
Lempung liat berpasir
ü   

II
9


Lempung liat berpasir
ü   

III
16


Lempung liat berpasir
ü   


b.    Tabel 5. Titik barat.
No.
lapisan
Kedalaman
(cm)
Warna
Tekstur
konsistensi
Lembab
Basah
I
16
Bright Brown ( Coklat Terang
Lempung berpasir
ü   

II
14


Lempung liat berpasir
ü   

III
24


Liat berpasir
ü   


c.    Tabel 6. Titik selatan.
No.
lapisan
Kedalaman
(cm)
Warna
Tekstur
konsistensi
Lembab
Basah
I
23
Dull Yellow Orange ( Kuning Jingga Pucat)
Lempung berpasir

ü   
II
6


Lempung berpasir

ü   
III
18


Lempung berpasir

ü   

d.   Tabel 7. Titik utara.
No.
lapisan
Kedalaman
(cm)
Warna
Tekstur
konsistensi
Lembab
Basah
I
12
Yellowish Brown (kuning ke coklatan)
Lempung, liat
ü   

II
17


Liat
ü   


B.  Pembahasan
Menglakukan  orientasi pada seluruh profil tanah dimulai dari bagian atas hingga ke bagian terdalam, dan memperhatikan perbedaan-perbedaan sifat tanah yang ada dalam setiap lapisan tanah.
1.    Menggunakan  pisau untuk menusuk-nusuk bidang profil tanah untuk mengetahui perbedaan konsistensi atau kepadatan dari seluruh profil tanah. Perbedaan kekerasan (kepadatan) tanah bisa digunakan sebagai salah satu kriteria untuk membedakan horizon tanah.
2.    Menarik  batas berdasarkan perbedaan-perbedaan yang terlihat jelas, misalnya warna. Jika warna dan tekstur tanah tidak berbeda, maka perbedaan konsistensi, struktur, kenampakan redoksimorfik, dan kandungan bahan kasar dapat digunakan sebagai bahan dasar penarikan batas horizon.
3.    Setelah horizon ditentukan, letakkan meteran tegak lurus dengan bagian ujung (0 cm) berada persisi dipermukaan tanah, untuk mengetahui kedalaman dan ketebalan tiap horizon atau lapisan.
4.    Menglakukan pemotretan profil tanah, dan usahakan skala bagian atas  dan bagian dalam profil tanah kurang lebih sama. Apabila tanah terlalu kering, sebaiknya bidang profil yang akan di potret disemprot dengan air sehingga agak lembab.
5.    Selanjutnya melakukan penelitian dan pencatatan hasil pengamatan pada kartu profil tanah yang meliputi informasi keadaan lingkungan sekitar profil tanah.
Pengamatan di lapangan pada umumnya didasarkan atas type struktur, kelas struktur  dan derajat struktur. Ada macam-macam type tanah dengan ukuan kelas berbeda-beda umtuk masing-masing type.(Korevaar, 2009).
Pengambilan sampel atau contoh tanah dilakukan dengan menggunakan ring sampel, ring sampel tersebut di tumbuk-tumbuk sampai bagian dari ring sampel tersebut terbenam oleh tanah. Setelah itu mengambil ring yang telah penuh dengan tanah dan meratakan bagian bawah dan atas menggunakan parang atau pisau begitu pula pada bagian lapisan berikutnya. Setelah itu ring sampel dimasukan kedalam kantong plastik dengan memberikan label sebagai kode kemudian di lakban agar tanah tetap lembab.
Contoh Tanah adalah suatu volume massa tanah yang diambil dari suatu bagian tubuh tanah (horison/lapisan/solum) dengan cara-cara tertentu disesuaikan dengan sifat-sifat yang akan diteliti secara lebih detail di laboratorium. Pengambilan contoh tanah dapat dilakukan dengan teknik dasar yaitu pengambilan contoh tanah secara utuh dan pengambilan contoh tanah secara tidak utuh (Anonim1, 2011).
Setiap lapisan tanah yang diamati mempunyai struktur yang berbeda-beda ada 3 jenis struktur yaitu gumpal, remah dan prisma. Pada hasil pengamatan dapat diketahui struktur pertama yaitu remah. Remah adalah gumpalan yang paling kecil  pada struktur tanah pada pori-pori makro non kapiler yang tidak berisi air melainkan oleh udara mudah larutnya struktur remah oleh air hujan, tergantung pada sifat padat yang membentuknya adanya bahan organik cenderung membentuk struktur tanah yang stabil dan mantap. Struktur remah terdapat keseimbangan yang baik antara udara dan air tanah sebagai medium larutnya unsur hara untuk tanaman(setara untuk remah merupakan struktur yang sangat baik untuk tanaman.
Struktur tanah merupakan gumpalan-gumpalan kecil dari tanah akibat melekatnya butiran-butiran tanah satu sama lain. Struktur tanah membentuk yang berbeda-beda yaitu seperti lempung, granuler dan remah.( Resti, 2010).
Profil tanah  merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah di buat seara menggali ( panjang dan lebar) tertentu dan kedalaman tertentu pula sesuai degan keadaan  tanah dan keperluan penelitian.
Lokasi profil tanah harus di tempat yang representatif sesuai dengan tujuan kajian ang dilakukan. Lokasi profil tanah harus mewakili satuan taksonomi tanahnya dalam satuan peta tanah (SPT) yang ada. Seyogyanya digali di tengah-tengah SPT serta berada pada tengah-tengah kisaran sifat (range in cbaracteristic) dari taksa tanah yang diwakili.
Penentuan lokasi profil tanah harus diwakili dengan pengecekan  melalui pengamatan pada beberapa minipit dan pemboran terlebih dahulu untuk mendapatkan kisaran sifat  tanah yang ada. Setelah ditemukan lokasi yang sesuai, baru dilakukan penggalian profil  .
Lokasi profil tanah, sebaiknya :
1.    Berada jauh dari lokasi bekas penimbunan sampah, pupuk, tanah galian, atau bekas bangunan, kuburan, pesemaian, tempat sampah atau bahan lainnya.
2.    Berjarak >50 m dari perumahan, pekarangan, gudang, pabrik, bengkel, jalan, saluran air, atau bangunan lainnya.
3.    Agak jauh dari pohon besar agar akar pohon tidak menyulitkan penggalian profil tanah.
4.    Pada lahan berlereng, profil tanah digali mengarah pada arah lereng sehingga bidang pengamatan  berada dibagian lereng atas.
Pemilihan lokasi pengamatan profil tanah perlu diperhatikan betul, karna akan menentukan ketelitian pengamtan. Profil tanah dibuat pada tempat-tempat tertentu dengan memperhatikan beberapa hal berikut ini :
1.    Ukuran profil tanah hendaklah cukup besar, agar pengamatan profil dapat dilakukan dengan leluasa. Ukuran profil tanah yang umum adalah 2 m (panjang) X 1 m ( lebar) X 1,8 m (dalam). Jika pada kedalaman kurang dari 1,8 m dijumpai batuan induk yang keras sekali, penggalian dapat dihentikan hingga kedalaman tersebut.
2.    Bagian lebar profil merupakan sisi (bidang) yang akan di amati, oleh karena itu usahakan  agar bagian ini menghadap ke arah sinar matahari agar nampak terang ( tidak ternaungi). Jangan membuang tanah hasil galian kepermukaan bidang yang akan di amati, agar bagian permukaan bersih sesuai kondisi alaminya.
3.    Apabila profil terdapat pada lahan yang berlereng/miring, maka sisi penampang yang diamati adalah sisi dimding di bagian lereng atas.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan pengamatan profil tanah, sebagai berikut :
1.    Bidang (sisi) profil tanah yang akan diamati harus bersih dan tidak ternaungi.
2.    Hindari melakukan penamatan (terutama warna tanah) pada waktu hujan, atau pada waktu sinar matahari kurang terang ( pagi atau sore hari ).
3.    Jika keadaan tanah sangat kering, sebainya bidang yang akan diamati disemprot dengan air agar lembab.
4.    Jika air tanahnya dangkal, maka air dalam profil tanah harus dikuras agar tidak mengganggu pengamatan.
Profil Tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah dibuat dengan cara menggali lubang dengan ukuran (panjang dan lebar) tertentu dan kedalaman yang tertentu pula sesuai dengan keadaan tanah dan keperluan penelitian. Tekanan pori diukur relative terhadap tekanan atmosfer dinamakan muka air tanah. Tanah yang diasumsikan jenuh walaupun sebenarnya tidak demikian karena ada rongga-rongga udara(Mul, 2007).
Kegiatan yang dilakukan di lapangan untuk mendapatkan struktur atau susunan pada pengamatan profil tanah. Setelah melakukan penggalian dengan kedalaman 58 cm, pada kedalaman ini batuan induk sudah di temukan  kemudian melakukan pengamatan pada agregat tanah agar dapat menentukan lapisannya. Pada pengamatan ini karakteristik kami menemukan III lapisan struktur pada struktur lapisan I F (halus) dengan tekstur  lempung berliat, lapisan II VF (sangat halus) dengan tekstur liat, lapisan III VF (sangat halus) dengan tekstur liat.
Struktur tanah merupakan ikatan partikel tanah satu susunan lain. Ikatan tanah terbentuk sebagai agregat tanah. Apabila syarat agregat tanah terpenuhi maka dengan sendirinya dari luar disebut ped. Sedangkan ikatan merupakan gumpalan yang sudah terbentuk akibat penggarapan tanah disebut clod. Untuk mendapatkan struktur tanah yang baik dan valia harus dengan melakukan kegiatan lapangan, sedangkan di labolatorium relatif sukar terutama dalam mempertahankan keaslianya dari bentuk agregatnya (Hardjowigeno, 2009).













BAB V
PENUTUP


A.  Kesimpulan
Dalam melakukan praktikum ini kita dapat mengenal dan mempelajari  tentang cara menetukan warna tanah, struktur tanah, tekstur tanah, pengenalan alat bahan survei, kadar air, distribusi organisme tanah, kadar bahan organik tanah, pemboran dan pengamatan profil tanah, konsistensi tanah dan stabilitas dan agregat.
Profil tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah yang menunjykan susunan horizon tanah, dimulai dari permukaan tanah sampai lapisan bahan induk dibawahnya. Alat survei adalah alat-alat yang digunakan untuk mempelajari mengumpulkan data, mencari bahan galian, pengambilan sampel, serta meliputi pengukuran. Tekstur tanah berkaitan dengan kemampuan  tanah untuk menahan air dan juga reaksi kimia tanah.
Struktur tanah merupakan gumpalan kecil dari butiran-butiran tanah.  Gumpalan ini terjadi karena butiran-butiran pasir, debu dan lempeng terikat satu sama lain oleh suatu perekat seperti bahan organik, oksida-oksida besi daan lain-lain.
Warna tanah adalah sifat tanah  yang paling jelas dan mudah ditentukan. Walaupun warna mempunyai pengaruh yang kecil terhadap  kagunaan tanah, tetapi kadang-kadang dapat dijadikan  petunjuk adanya sifat-sifat  khusus dari tanah.
Pengambilan contoh tanah berupa contoh tanah  terganggu dan tanah utuh. Contoh tanah tergangu digunakan untuk analisis  sebaran partikel tanah (tekstur tanah) dan kandungan bahan organik tanah, sedangkan agregat utuh digunakan untuk  analisi agregat kemantapan agregat tanah.
B.  Saran
Sebaiknya komunikasi antara asisten dan praktikan berjalan dengan baik agar tidak terjadi kesalah pahaman

Tidak ada komentar:

Posting Komentar