I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanaman kacang panjang (Vigna sinensis L.) adalah tanaman perdu semusim
yang sudah lama dibudidayakan oleh orang Indonesia. Sebenarnya kacang panjang berasal dari India dan Afrika.
Kemudian menyebar penanamanya ke daerah-daerah Asia Tropika hingga ke Indonesia
(Anto, 2013). Tanaman kacang panjang mempunyai sebutan lain seperti kacang
lanjaran (Jawa), kacang turus (Pasundan), taukok (Cina), sitao (Philipina),
kacang belut (Malaysia), paythenki, yardlong bean dan asparagus bean. Kacang
panjang merupakan tanaman semusim yang berbentuk perdu, bersifat memanjat
dengan membelit. Daunnya bersusun tiga-tiga helai, sedangkan bunga kacang
panjang seperti kupu-kupu berwarna biru muda, polongnya berwarna hijau
berbentuk gilig dengan panjang sekitar 10 -80 cm (Anto, 2013).
Produksi kacang panjang di sulawesi tenggara sepanjang tiga tahun
terakhir mengalami penurunan yang signifikan. Pada tahun 2011 produksi kacang pajang sebesar 458,307 ton kemudian pada
tahun 2012 produksinya menurun menjadi 455,615 ton, dan pada tahun 2013 hasil
tanaman kacang panjang di sultra
sebesar 218,948 ton ( BPS, 2013 ).
Penyebab masih
rendahnya produktivitas kacang panjang
salah satunya akibat teknik budidaya yang kurang baik, seperti tidak dilakukan pemupukan (Rukmana, 1997). Selain itu, faktor lain yang
menyebabkan rendahnya produksi tanaman kacang panjang yang dihasilkan adalah
teknik pengendalian gulma yang belum tepat (Nurjen dkk.,
2002).
Salah satu upaya
untuk meningkatkan produktivitas tanaman kacang panjang adalah dengan melakukan
pemupukan.Pemupukan sebaiknya menggunakan bahan-bahan organik dari sisa-sisa
atau limbah tanaman, karena lahan yang secara terus-menerus ditanami dengan
menggunakan pupuk kimia dapat menyebabkan berkurangnya unsur hara dan juga
menyebabkan degradasi (kerusakan struktur) tanah akibat terakumulasinya unsur-unsur
logam. Penggunaan pupuk organik dari sisa-sisa tanaman merupakan bahan yang
sangat penting dalam upaya memperbaiki kesuburan tanah, karena dengan
penggunaan pupuk organik secara terus-menerus dalam rentang waktu tertentu akan
menjadikan kualitas tanah lebih baik dibanding pupuk anorganik (Musnamar,
2009).
Gulma merupakan tumbuhan yang
tumbuh pada areal pertanaman budidaya yang tidak di kehendaki keberadaannya.
Gulma tidak dikehendaki karena bersaing dengan tanaman yang dibudidayakan dan
dibutuhkan biaya pengendalian yang cukup besar yaitu sekitar 25-30% dari biaya
produksi (Soerjani dkk., 1996). Pada budidaya tanaman di lahan kering terdapat beberapa
spesies gulma yang sering ditemukan seperti Imperata cylindrica (alang-alang),
Cynodon dactylon (grinting), Borreria alata, Ageratum conyzoides (babandotan),
Synedrella nodiflora (jontang kuda), Cyperus rotundus (teki berumbi)
(Tjokrowardojo dan Endjo, 2013).
Proses
budidaya tanaman kacang panjang memiliki korelasi dengan kegiatan pengendalian,
baik hama, penyakit, dan lain-lain. Dalam proses pengendalian tersebut, umumnya
petani menggunakan peralatan-peralatan dalam pelaksanaanya. Hal ini bergantung
pada jenis pengendalian yang
diamplikasikan. Pengamplikasian pestisida cair atau bahan-bahan lain umumnya
diaplikasikan menggunakan sprayer. Sprayer merupakan alat yang difungsikan
sebagi penyebar karena memiliki kemampuan jangkauan penyebaran dan kerataan
bahan ke tnamanyang merata. Jenis-jenis nozle juga beragam, tergantung volume
keluaran cairan dan luasan jangkauan. Dalam penggunaannya didasaekan pada
tujuan, misalnya untuk pengaplikasian herbisida yng sistemik, tidak diperlikan
nozle yang jangkauan danpnyebaran tinggi (Sudarmo, 2000).
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat di rumuskan masalah
:
1.
Apakah
terdapat pengaruh pemupukan terhadap hasil kacang panjang
2.
Teknik
pemupukan mana yang memberikan hasil terbaik terhadap hasil tanaman kacang
panjang.
C. Tujuan dan Kegunaan
Untuk mengetahui dan memahami pengaruh dari teknik
pemupukan terhadap pertumbuhan dan perkembangan kacang panjang.
Kegunaan
agar dapat mengetahuai pengaruh tekknik pemupukan dan perlakuan pada tanaman
kacang tanah.
BAB II
TNJAUAN
PUSTAKA
A. Deskripsi
Teori
1. Klasifikasi
kacang panjang
Menurut Haryanto
(2007), tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai
berikut:
Kerajaan : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Angiospermae
Sub kelas : Dicotyledonae
Ordo : Rosales
Famili : Papilionaceae
Genus : Vigna
Spesies : Vigna sinensis (L.) Savi ex Hassk
Vigna sinensis ssp. Sesquipedalis
2. Morfologi
dan Syarat Tumbuh
Tanaman kacang panjang merupakan tanaman semak, menjalar,
semusim dengan tinggi kurang lebih 2,5 m.
Batang tanaman ini tegak, silindris, lunak, berwarna hijau dengan
permukaan licin. Daunnya majemuk,
lonjong, berseling, panjang 6-8 cm, lebar 3-4,5 cm, tepi rata, pangkal
membulat, ujung lancip, pertulangan menyirip, tangkai silindris, panjang kurang
lebih 4 cm, dan berwarna hijau. 7 Bunga tanaman ini terdapat pada ketiak daun,
majemuk, tangkai silindris, panjang kurang lebih 12 cm, berwarna hijau
keputih-putihan, mahkota berbentuk kupu-kupu, berwarna putih keunguan, benang
sari bertangkai, panjang kurang lebih 2 cm, berwarna putih, kepala sari kuning,
putik bertangkai, berwarna kuning, panjang kurang lebih 1 cm, dan berwarna
ungu. Buah tanaman ini berbentuk polong,
berwarna hijau, dan panjang 15-25 cm.
Bijinya lonjong, pipih, berwarna coklat muda. Akarnya tunggang berwarna coklat muda
(Hutapea et al., 2001).
Perkembangan serta perubahan tanaman
tak lepas dari dampak aspek lingkungan mencakup iklim serta type tanah. Tanaman
ini tumbuh serta berproduksi dengan baik di dataran serta dataran tinggi ± 1500
m dari permukaan laut, namun yang terbaik di dataran rendah. Penanaman di
dataran tinggi, usia panen relatif lama dari saat tanam, tingkat produksi
ataupun produktivitasnya lebih rendah apabila di banding dengan dataran rendah.
Suhu idealnya pada 20°C - 30°C, tempat terbuka (memperoleh cahaya matahari
penuh), iklimnya kering, curah hujan pada 600-1. 500 mm. Ketinggian tempat
kurang dari 800 diatas permukaan laut. Nyaris seluruhnya type tanah pas untuk
budidaya kacang panjang, namun yang terbaik yaitu tanah Latosol atau lempung
berpasir, subur, gembur, banyak memiliki kandungan bahan organik serta
drainasenya baik. Dan mempunyai kemasaman tanah seputar 5, 5-6, 5. Apabila pH
terlampau basa (di atas pH 6, 5) mengakibatkan pecahnya nodula-nodula akar. (Arlina,
2014).
3. Tekhnik
pemupukan
Pemupukan melalui
akar.
Yaitu segala macam pupuk yang diberikan
kepada tanaman lewat akar. Tujuannya tentu sudah jelas, yakni mengisi tanah
dengan hara yang dibutuhkan oleh tanaman, supaya tanaman yang ditanam di
atasnya tumbuh subur dan memberikan hasil yang memuaskan. Pada umumnya
pemberian pupuk melalui akar dapat dilakukan secara:
1. Disebar
(broad casting)
Pupuk yang disebarkan merata pada
tanah-tanah di sekitar pertanaman atau pada waktu pembajakan/penggaruan
terakhir, sehari sebelum tanam, kemudian diinjak-injak agar pupuk masuk ke
dalam tanah. Beberapa pertimbangan untuk menggunakan cara ini adalah:
- Tanaman ditanam pada jarak tanam yang rapat, baik
teratur dalam barisan maupun tidak teratur dalam barisan
- Tanaman mempunyai akar yang dangkal atau berada pada
dekat dengan permukaan tanah
- Tanah mempunyai kesuburan yang relatif baik
- Pupuk yang dipakai cukup banyak atau dosis permukaan
tinggi
- Daya larut pupuk besar, karena bila daya larutnya
rendah maka yang diambil tanaman sedikit
Cara pemupukan ini biasanya
digunakan untuk memupuk tanaman padi, kacang-kacangan dan lain-lain yang
mempunyai jarak tanam rapat. Kerugian cara ini ialah merangsang pertumbuhan
rumput pengganggu/gulma dan kemungkinan pengikatan unsur hara tertentu oleh
tanah lebih tinggi. (Maspary, 2010)
2. Ditempatkan
di antara larikan/barisan
Pupuk ditaburkan di antara larikan
tanaman dan kemudian ditutup kembali dengan tanah. Untuk tanaman tahunan
ditaburkan melingkari tanaman dengan jarak tegak lurus daun terjauh (tajuk
daun) dan ditutup kembali dengan tanah. Cara ini dilakukan dengan
pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:
- Pupuk yang digunakan relatif sedikit
- Jarak tanam antara tanaman yang dipupuk cukup jarang
dan jarak antara barisan pertanaman cukup jarang
- Kesuburan tanah rendah
- Tanaman dengan perkembangan akarnya yang sedikit
- Untuk tanah tegalan atau darat
- Bila mengkhawatirkan akan terjadi pengikatan unsur hara
oleh tanah dalam jumlah yang cukup besar.
(Maspary, 2010)
3. Ditempatkan
dalam lubang / tugal
Pupuk dibenamkan ke dalam lubang di
samping batang sejauh kurang lebih 10 cm dan ditutup dengan tanah. Untuk
tanaman tahunan pupuk dibenamkan ke dalam lubang pupuk yang melingkari tanaman
dengan jarak tegak lurus dan terjauh (tajuk daun) dan ditutup kembali dengan
tanah. Cara ini dilakukan dengan pertimbangan sama dengan cara larikan/barisan. (Maspary,
2010).
B. Karangka Fikir
Tanaman kacang panjang (Vigna
sinensis L.) adalah tanaman perdu semusim yang sudah lama
dibudidayakan oleh orang Indonesia.
Sulawesi Tenggara umumnya didominasi oleh
tanah Ultisol. Tanah ultisol merupakan tanah yang mempunyai kadar P tersedia
dan bahan organik dalam tanah yang rendah sehingga tanah tersebut kurang baik
dalam penyediaan unsur hara bagi tanaman. Sementara itu, tanaman kacang
pan-jang memerlukan unsur hara makro dan mikro yang seimbang serta kondisi pH
tanah yang umumnya netral untuk mendukung pertumbuhan dan hasil yang maksimal.Untuk
mewujudkan hal tersebut, diperlukan suatu usaha dalam mengatasi kesuburan tanah
yang rendah.
Penambahan
bahan organik seperti pupuk kandang ke dalam tanah merupakan alternatif yang
lebih menguntungkan baik dari segi teknis, ekonomis, sosial, maupun dari segi
lingkungan karena tidak menimbulkan pencemaran dan dapat memperbaiki sifat fisik,
kimia dan biologit anah.
Secra
detail diagram lur karangka pikir praktikum dijelaskan pada gambar 1.
Produksi Rendah
|
Eektif dan efisien
|
Teknik Pemupukan
|
Pupuk
|
Hama Penyakit
|
Kesuburan Tanah Rendah
|
C.
Hipotesis
1.
Terdpat pengaruh tekhnik pemupukan terhadap hasil tanaman
kacang panjang.
2.
Teknik mana yang
memberikan hasil terbaik terhadap
hasil tanaman kacang panjang.
BAB III
METODE
PRAKTIKUM
A.
Lokasi dan Waktu
penelitian
Praktikum ini bertempat di lahan dua Lapangan Laboratorim Fakultas Pertanian
Universitas Halu Oleo Kendari Sulawesi Tenggara. Penelitian ini dilaksanakan
pada bulan Maret sampai Mei 2017.
B.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah parang, cangkul, sekop, dan
timbangan. Adapun bahan yang digunkan dalam praktikum adalah kapur, pupuk
kandang, benih, ajir bambu, dan jaring.
C.
Prosedur Kerja
Prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum ini antara lain :
1.
Penyediaaan lahan
Setelah tempat atau lokasi telah ditemukan untuk melakukan praktikum kita
mengukur panjang dan lebar pada lahan yang diperlukan untuk media tanam
tanaman. Kemudia melakukan pembersihan pada lahan yang akan digunakan, setelah
bersih kita membuat bedengan dengan menggunakan pacul.
2.
Pengelolaan lahan
Lahan dibersihkan dari rumput-rumput liar, dicangku hingga tanah menjadi
gembur, kemudian lahan dibuatkan bedengan dengan panjang 3 m dan lebar 1 m
untuk ukuran perbedengan. Lahan diberikan pupuk organik/kotoran sapi dengan
dosis 2 ton/ha, jumblah untuk satu bedeng yaitu 0,5 kg/bedeng.
3.
Penanaman
Setelah kita mengolah lahan selanjutnya kita melakukan penanaman benih
kacang panjang dengan jarak tanam 30 cm dan setiap titik penanaman berisi 2
butir benih, beih langsung ditanam tanpa diberi perlakuan.
4.
Penyulaman
Penyulaman dilakukan pada petak percobaan pada tanaman yang matikemudian
diganti dengan tanaman yang sudah disiapkan sebelumnya.
5.
Pengamatan pertama
Pengamatan pertama dilakukan pada tanaman kacang panjang dengan mengambil 5
sampel ukuran panjang, diameter dan bobot buah tanpa perlakuan.
6.
Pengamatan kedua
Pengamatan kedua dilakukan sama pada saat pengamatan pertama yaitu pada
tanaman kacang panjang dengan mengambil 5 sampel ukuran panjang, diamter dan
bobot tetapi pada pengamatan kedua dengan perlakuan.
D.
Teknik Pengumpulan
Data
Pada penelitian ini sampel diambil pada setiap bedengan dengan cara diacak
sebanyak 5 buah sampel.
E.
Variabel Penelitian
Pada praktikum ini variabel penelitian ini dilkukan dengan cara mengukur
panjang buah dan diameter buah, serta menimbang bobot buah kacang panjang.
Pengamatan dilkukan sebanyak 2 kali dengan interval selama 7 hari.
F.
Analisi Data
Dari hasil praktikum dianalisis deskriptif untuk mengetahui perbedaan
teknik pemupukan terhadap hasil tanaman kacang panjang. Data hasil pengamatan
disajikan dalam bentuk diagram.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasi
Hasil pengamatan terhadap
panjang buah, diameter buah dan berat buah. Disajikan pada gambar 2, 3 dan 4.
Kemudian data rata-rata hasil pengamatan disajikan pada lampirn tabel.
Gambar
.2 Grafik rata-rata panjang buah.
Dari diagram diatas dapat menunjukan
bahwa sistem semai memperoleh ukuran
paling tinggi dengan panjang buah 50,75
cm, kemudian sistem kontrol dengan panjang buah 50,59 cm dan sistem larikan 44,09 cm. Dan ukuran
paling rendah yaitu terdapat pada sistem tugal.
Gambar. 3 Grafik rata-rata diameter
buah.
Dari diagram diatas dapat menunjukan
bahwa sistem larikan memperoleh diameter yang lebih besar yaitu 0,7 cm,
kemudian diameter terbesar kedua yaitu sistem semai 0,67 cm dan sistem terbesar ketiga sistem tugal
0,65 cm dan ukuran diameter terendah yaitu kontrol 0,55 cm.
Gambar.3 Grafik rata-rata bobot buah.
Dari
diagram diatas dapat menunjukan bahwa sistem larikan memperoleh ukuran terberat
yaitu 16,84 g, kemudian berat kedua pada sistem semai 16,12 dan ketiga pada
sistem 12,55. Serta ukuran bobot terendah pada sistem tugal.
B.
Pembahasan
1. Panjang
Buah
Pada kegiatan praktikum
yang telah dilakukan menunjukkan bahwa pada ukuran panjang buah 50,75 cm yang tertinggi ialah sistem semai. Sistem
semai ini sangat memberikan kontribusi dan pengaruh yang sangat baik bagi
pertumbuhan dan perkembangan tanaman kemudia didukung dengan keadaan lingkungan
yang baik pula dan menghemat tenaga kerja karena sekaligus dilakukan
dengan pengolahan tanah, dan juga berfungsi untuk mengefektifkan daya kerja
pupuk. Efektifitas tersebut terutama untuk pupuk yang bekerjanya lambat atau
tidak langsung tersedia, seperti kandang serta pupuk fosfat alam dan kapur.
Cara pemberian pupuk akar dengan ditabur ini ada 3 (tiga) macam yaitu : pupuk
diberikan pada saat pengolahan tanah atau sebagai pupuk dasar. Sebelum tanah
dicangkul atau dibajak, pupuk ditaburkan diatas tanah untuk selanjutnya
ditimbun atau diaduk bersamaan dengan pengolahan tanah.
Penaburan pupuk akar sebagai pupuk
dasar sering juga diberikan segera setelah bedeng tanaman dibentuk. Selanjutnya
bedeng tersebut disiram air untuk memudahkan pengolahan dan penggemburan tanah.
Pada saat itulah pupuk tercampur dengan tanah bersamaan dengan proses
penggemburan Kadang-kadang ada juga orang yang menaburkan pupuk diantara
tanaman yang sudah tumbuh,. Penaburan ini biasanya dilakukan pada saat tanaman
masih berumur muda, dengan tujuan agar tanaman muda tersebut mendapat tambahan
energi.
Pada ukuran
terendah dalam pertumbuhan dan perkembangan panjang buah terdapat pada sistem
tugal 23,8 cm, pada sistem ini mengalami masalah pada keadaan lingkungan dimana
lokasi ini terdapat dibagian sekitar pohon besar dan produktifitas tanah untuk
menyerap unsur hara sangat rendah. Karna tingkat kemasaman sangat tinggi
sehingga menyebabkan ketersediaan unsur hara yang sangat kurang.
2.
Diameter buah
Pengamatan pada diameter buah,
ukuran terbesar berada pada sistem larikan 0,7 cm. Struktur lahan sangat baik
sehingga mampu mengelola unsur hara dengan baik. Cara pemupukannya dengan cara
lajur atau pemberian pupuk disela- sela tanaman antar barisan. Pemberian pupuk
biasanya dilakukan segera setelah dilakukan penyiangan. Pemberian pupuk dengan
cara ditaburkan di antara lajur memiliki keuntungan yakni menghemat waktu dan
biaya. Penghematan terjadi karena pemupukan dilakukan bersamaan dengan proses
penyiangan dan dapat dilakukan dengan cara yang cepat. Disamping ada
keuntungan, cara ini juga mempunyai kelemahan yaitu pupuk yang diberikan tidak
langsung mengenai akar tanaman dan banyak yang tercuci bila hujan. Pada sistem
ini membantu pada pertumbuhan dan perkembangan buah kacang panjang.
3.
Berat buah
Pada pertumbuhan dan perkembangan berat
buah ukuran terdapat pada sistem larikan 16,84 cm pada sistem ini menunjukan
pengaruh pertumbuhan dan perkembangan sangat dipengaruhi oleh teknik pemupukan
sistem ini memudahkan penyerapan unsur hara dan penyediaan unsur hara yang
cukup untuk tanaman membantu pertumbuhan dan perkembangan dengan baik.
Bobot terendah terdapat pada sistem
tugal 11,24 cm sistem ini tidak
mendukung akan pertumbuhan dan perkembangan tanaman karena tidak didukung oleh
kondisi lahan yang baik. Kondisi lahan yang kurang baik inilah yang
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tidak berjalan secara efektif ketersediaan unsur hara yang kurang didalam
tanah adalah salah satu penyebab tidak efektifnya pertumbuhan dan perkembangan
tersebut.
Tanaman kacang panjang membutuhkan unsur Ca, P, K, Mo,
Mn, senyawa-senyawa nitrat dalam pertumbuhan ( Pitojo, 2006).
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum dapat
disimpulkan bahwa sistem yang mendominasi dari teknik pemupukan ialah, sistem
larikan dengan ukuran rata-rata panjang buah 44,09 cm diameter buah 0,7 cm dan
berat buah 16,84 gram. Sistem ini sangat
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pada tanaman kacang panjang. Serta
keadaan lokasi dan tanah yang mendukung, sehingga dengan menggunakan sistem ini
dapat meningkatkan produktivitas kacang panjang.
Sistem ini sangat membantu dalam penyediaan unsur hada dalam tanah sehingga
unsur hara yang diperlukan tanaman tersdia dengan cukup.
B. Saran
Untuk praktikum
selanjutnya sebaiknya menggunakan sistem larikan, karna sistem ini dapat
maningkatkan produktivitas kacang panjang dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Arinon, Rahman. 2014. Pertumbuhan
dan produksi Tanaman Kacang Panjang. Vol 10. No 2.
Karimuna, la. 2012. Pemanfaatan
Residu Bahan Organik dan Fosfor Untuk Budidaya Tanaman Kacang Panjang.
Universitas Halu Oleo. Vol 1. No 1. Hal 8-15
Setyamidjaya D, 2000. Pupuk dan
Pempukan. Sinaplex. Jakarta.
Badan Pusat Statistik, 2013.
Produksi padi, Jagung dan Kedelai Angka Ramalan I tahun 2013. BPS, Jakarta.
Hardjowigeno, s. 2001. Ilmu
Tanah. PT. Medyatama Perkasa. 216. 5-7.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar