Selasa, 10 September 2019

DASAR DASAR AGRONOMI


I. PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Tanaman kacang panjang (Vigna sinensis L.) adalah tanaman perdu  semusim yang sudah lama dibudidayakan oleh orang Indonesia. Sebenarnya kacang panjang berasal dari India dan Afrika. Kemudian menyebar penanamanya ke daerah-daerah Asia Tropika hingga ke Indonesia (Anto, 2013). Tanaman kacang panjang mempunyai sebutan lain seperti kacang lanjaran (Jawa), kacang turus (Pasundan), taukok (Cina), sitao (Philipina), kacang belut (Malaysia), paythenki, yardlong bean dan asparagus bean. Kacang panjang merupakan tanaman semusim yang berbentuk perdu, bersifat memanjat dengan membelit. Daunnya bersusun tiga-tiga helai, sedangkan bunga kacang panjang seperti kupu-kupu berwarna biru muda, polongnya berwarna hijau berbentuk gilig dengan panjang sekitar 10 -80 cm (Anto, 2013).
Produksi kacang panjang di sulawesi tenggara sepanjang tiga tahun terakhir mengalami penurunan yang signifikan. Pada tahun 2011 produksi kacang pajang sebesar 458,307 ton kemudian pada tahun 2012 produksinya menurun menjadi 455,615 ton, dan pada tahun 2013 hasil tanaman kacang panjang di sultra  sebesar 218,948 ton ( BPS, 2013 ).
 Penyebab masih rendahnya produktivitas kacang panjang salah satunya akibat teknik budidaya yang kurang baik, seperti tidak dilakukan pemupukan  (Rukmana, 1997). Selain itu, faktor lain yang menyebabkan rendahnya produksi tanaman kacang panjang yang dihasilkan adalah teknik pengendalian gulma yang belum tepat (Nurjen  dkk., 2002).
Salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas tanaman kacang panjang adalah dengan melakukan pemupukan.Pemupukan sebaiknya menggunakan bahan-bahan organik dari sisa-sisa atau limbah tanaman, karena lahan yang secara terus-menerus ditanami dengan menggunakan pupuk kimia dapat menyebabkan berkurangnya unsur hara dan juga menyebabkan degradasi (kerusakan struktur) tanah akibat terakumulasinya unsur-unsur logam. Penggunaan pupuk organik dari sisa-sisa tanaman merupakan bahan yang sangat penting dalam upaya memperbaiki kesuburan tanah, karena dengan penggunaan pupuk organik secara terus-menerus dalam rentang waktu tertentu akan menjadikan kualitas tanah lebih baik dibanding pupuk anorganik (Musnamar, 2009).
Gulma merupakan tumbuhan yang tumbuh pada areal pertanaman budidaya yang tidak di kehendaki keberadaannya. Gulma tidak dikehendaki karena bersaing dengan tanaman yang dibudidayakan dan dibutuhkan biaya pengendalian yang cukup besar yaitu sekitar 25-30% dari biaya produksi (Soerjani dkk., 1996). Pada budidaya tanaman di lahan kering terdapat beberapa spesies gulma yang sering ditemukan seperti Imperata cylindrica (alang-alang), Cynodon dactylon (grinting), Borreria alata, Ageratum conyzoides (babandotan), Synedrella nodiflora (jontang kuda), Cyperus rotundus (teki berumbi) (Tjokrowardojo dan Endjo, 2013).
Proses budidaya tanaman kacang panjang memiliki korelasi dengan kegiatan pengendalian, baik hama, penyakit, dan lain-lain. Dalam proses pengendalian tersebut, umumnya petani menggunakan peralatan-peralatan dalam pelaksanaanya. Hal ini bergantung pada jenis pengendalian yang   diamplikasikan. Pengamplikasian pestisida cair atau bahan-bahan lain umumnya diaplikasikan menggunakan sprayer. Sprayer merupakan alat yang difungsikan sebagi penyebar karena memiliki kemampuan jangkauan penyebaran dan kerataan bahan ke tnamanyang merata. Jenis-jenis nozle juga beragam, tergantung volume keluaran cairan dan luasan jangkauan. Dalam penggunaannya didasaekan pada tujuan, misalnya untuk pengaplikasian herbisida yng sistemik, tidak diperlikan nozle yang jangkauan danpnyebaran tinggi (Sudarmo, 2000).
B.  Rumusan masalah
            Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat di rumuskan masalah :
1.      Apakah terdapat pengaruh pemupukan terhadap hasil kacang panjang
2.      Teknik pemupukan mana yang memberikan hasil terbaik terhadap hasil tanaman kacang panjang.
C.  Tujuan dan Kegunaan
            Untuk mengetahui dan memahami pengaruh dari teknik pemupukan terhadap pertumbuhan dan perkembangan kacang panjang.
            Kegunaan agar dapat mengetahuai pengaruh tekknik pemupukan dan perlakuan pada tanaman kacang tanah.

BAB II
TNJAUAN PUSTAKA



A.      Deskripsi Teori
1.      Klasifikasi kacang panjang
Menurut Haryanto (2007), tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai
berikut:
Kerajaan  : Plantae
Divisi    : Spermatophyta
Kelas    : Angiospermae
Sub kelas   : Dicotyledonae
Ordo   : Rosales
Famili   : Papilionaceae
Genus   : Vigna
Spesies  : Vigna sinensis (L.) Savi ex Hassk
      Vigna sinensis ssp. Sesquipedalis
2.      Morfologi dan Syarat Tumbuh
Tanaman kacang panjang merupakan tanaman semak, menjalar, semusim dengan tinggi kurang lebih 2,5 m.  Batang tanaman ini tegak, silindris, lunak, berwarna hijau dengan permukaan licin.  Daunnya majemuk, lonjong, berseling, panjang 6-8 cm, lebar 3-4,5 cm, tepi rata, pangkal membulat, ujung lancip, pertulangan menyirip, tangkai silindris, panjang kurang lebih 4 cm, dan berwarna hijau.  7  Bunga tanaman ini terdapat pada ketiak daun, majemuk, tangkai silindris, panjang kurang lebih 12 cm, berwarna hijau keputih-putihan, mahkota berbentuk kupu-kupu, berwarna putih keunguan, benang sari bertangkai, panjang kurang lebih 2 cm, berwarna putih, kepala sari kuning, putik bertangkai, berwarna kuning, panjang kurang lebih 1 cm, dan berwarna ungu.  Buah tanaman ini berbentuk polong, berwarna hijau, dan panjang 15-25 cm.  Bijinya lonjong, pipih, berwarna coklat muda.  Akarnya tunggang berwarna coklat muda (Hutapea et al., 2001).
Perkembangan serta perubahan tanaman tak lepas dari dampak aspek lingkungan mencakup iklim serta type tanah. Tanaman ini tumbuh serta berproduksi dengan baik di dataran serta dataran tinggi ± 1500 m dari permukaan laut, namun yang terbaik di dataran rendah. Penanaman di dataran tinggi, usia panen relatif lama dari saat tanam, tingkat produksi ataupun produktivitasnya lebih rendah apabila di banding dengan dataran rendah. Suhu idealnya pada 20°C - 30°C, tempat terbuka (memperoleh cahaya matahari penuh), iklimnya kering, curah hujan pada 600-1. 500 mm. Ketinggian tempat kurang dari 800 diatas permukaan laut. Nyaris seluruhnya type tanah pas untuk budidaya kacang panjang, namun yang terbaik yaitu tanah Latosol atau lempung berpasir, subur, gembur, banyak memiliki kandungan bahan organik serta drainasenya baik. Dan mempunyai kemasaman tanah seputar 5, 5-6, 5. Apabila pH terlampau basa (di atas pH 6, 5) mengakibatkan pecahnya nodula-nodula akar. (Arlina, 2014).




3.      Tekhnik pemupukan
Pemupukan melalui akar.
Yaitu segala macam pupuk yang diberikan kepada tanaman lewat akar. Tujuannya tentu sudah jelas, yakni mengisi tanah dengan hara yang dibutuhkan oleh tanaman, supaya tanaman yang ditanam di atasnya tumbuh subur dan memberikan hasil yang memuaskan. Pada umumnya pemberian pupuk melalui akar dapat dilakukan secara:
1. Disebar (broad casting)
Pupuk yang disebarkan merata pada tanah-tanah di sekitar pertanaman atau pada waktu pembajakan/penggaruan terakhir, sehari sebelum tanam, kemudian diinjak-injak agar pupuk masuk ke dalam tanah. Beberapa pertimbangan untuk menggunakan cara ini adalah:
  1. Tanaman ditanam pada jarak tanam yang rapat, baik teratur dalam barisan maupun tidak teratur dalam barisan
  2. Tanaman mempunyai akar yang dangkal atau berada pada dekat dengan permukaan tanah
  3. Tanah mempunyai kesuburan yang relatif baik
  4. Pupuk yang dipakai cukup banyak atau dosis permukaan tinggi
  5. Daya larut pupuk besar, karena bila daya larutnya rendah maka yang diambil tanaman sedikit
Cara pemupukan ini biasanya digunakan untuk memupuk tanaman padi, kacang-kacangan dan lain-lain yang mempunyai jarak tanam rapat. Kerugian cara ini ialah merangsang pertumbuhan rumput pengganggu/gulma dan kemungkinan pengikatan unsur hara tertentu oleh tanah lebih tinggi. (Maspary, 2010)
2. Ditempatkan di antara larikan/barisan
Pupuk ditaburkan di antara larikan tanaman dan kemudian ditutup kembali dengan tanah. Untuk tanaman tahunan ditaburkan melingkari tanaman dengan jarak tegak lurus daun terjauh (tajuk daun) dan ditutup kembali dengan tanah. Cara ini dilakukan dengan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:
  1. Pupuk yang digunakan relatif sedikit
  2. Jarak tanam antara tanaman yang dipupuk cukup jarang dan jarak antara barisan pertanaman cukup jarang
  3. Kesuburan tanah rendah
  4. Tanaman dengan perkembangan akarnya yang sedikit
  5. Untuk tanah tegalan atau darat
  6. Bila mengkhawatirkan akan terjadi pengikatan unsur hara oleh tanah dalam jumlah yang cukup besar. (Maspary, 2010)
3. Ditempatkan dalam lubang / tugal
Pupuk dibenamkan ke dalam lubang di samping batang sejauh kurang lebih 10 cm dan ditutup dengan tanah. Untuk tanaman tahunan pupuk dibenamkan ke dalam lubang pupuk yang melingkari tanaman dengan jarak tegak lurus dan terjauh (tajuk daun) dan ditutup kembali dengan tanah. Cara ini dilakukan dengan pertimbangan sama dengan cara larikan/barisan. (Maspary, 2010).
B.       Karangka Fikir
Tanaman kacang panjang (Vigna sinensis L.) adalah tanaman perdu  semusim yang sudah lama dibudidayakan oleh orang Indonesia.
 Sulawesi Tenggara umumnya didominasi oleh tanah Ultisol. Tanah ultisol merupakan tanah yang mempunyai kadar P tersedia dan bahan organik dalam tanah yang rendah sehingga tanah tersebut kurang baik dalam penyediaan unsur hara bagi tanaman. Sementara itu, tanaman kacang pan-jang memerlukan unsur hara makro dan mikro yang seimbang serta kondisi pH tanah yang umumnya netral untuk mendukung pertumbuhan dan hasil yang maksimal.Untuk mewujudkan hal tersebut, diperlukan suatu usaha dalam mengatasi kesuburan tanah yang rendah.
Penambahan bahan organik seperti pupuk kandang ke dalam tanah merupakan alternatif yang lebih menguntungkan baik dari segi teknis, ekonomis, sosial, maupun dari segi lingkungan karena tidak menimbulkan pencemaran dan dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologit anah.
Secra detail diagram lur karangka pikir praktikum dijelaskan pada gambar 1.





Alur pikir penelitian
Kacang panjang
Produksi Rendah
                                                                       
Eektif dan efisien
Teknik Pemupukan
Pupuk
Hama Penyakit
Kesuburan Tanah Rendah









                                                                                                                                       


C.      Hipotesis
1.      Terdpat pengaruh tekhnik pemupukan terhadap hasil tanaman kacang panjang.
2.      Teknik mana yang  memberikan hasil terbaik terhadap  hasil tanaman kacang panjang.


BAB III
METODE PRAKTIKUM



A.      Lokasi dan Waktu penelitian
Praktikum ini bertempat di lahan dua Lapangan Laboratorim Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo Kendari Sulawesi Tenggara. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Mei 2017.
B.       Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah parang, cangkul, sekop, dan timbangan. Adapun bahan yang digunkan dalam praktikum adalah kapur, pupuk kandang, benih, ajir bambu, dan jaring.
C.      Prosedur Kerja
Prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum ini antara lain  :
1.    Penyediaaan lahan
Setelah tempat atau lokasi telah ditemukan untuk melakukan praktikum kita mengukur panjang dan lebar pada lahan yang diperlukan untuk media tanam tanaman. Kemudia melakukan pembersihan pada lahan yang akan digunakan, setelah bersih kita membuat bedengan dengan menggunakan pacul.
2.    Pengelolaan lahan
Lahan dibersihkan dari rumput-rumput liar, dicangku hingga tanah menjadi gembur, kemudian lahan dibuatkan bedengan dengan panjang 3 m dan lebar 1 m untuk ukuran perbedengan. Lahan diberikan pupuk organik/kotoran sapi dengan dosis 2 ton/ha, jumblah untuk satu bedeng yaitu 0,5 kg/bedeng.

3.    Penanaman
Setelah kita mengolah lahan selanjutnya kita melakukan penanaman benih kacang panjang dengan jarak tanam 30 cm dan setiap titik penanaman berisi 2 butir benih, beih langsung ditanam tanpa diberi perlakuan.
4.    Penyulaman
Penyulaman dilakukan pada petak percobaan pada tanaman yang matikemudian diganti dengan tanaman yang sudah disiapkan sebelumnya.
5.    Pengamatan pertama
Pengamatan pertama dilakukan pada tanaman kacang panjang dengan mengambil 5 sampel ukuran panjang, diameter dan bobot buah tanpa perlakuan.
6.    Pengamatan kedua
Pengamatan kedua dilakukan sama pada saat pengamatan pertama yaitu pada tanaman kacang panjang dengan mengambil 5 sampel ukuran panjang, diamter dan bobot tetapi pada pengamatan kedua dengan perlakuan.
D.      Teknik Pengumpulan Data
Pada penelitian ini sampel diambil pada setiap bedengan dengan cara diacak sebanyak 5 buah sampel.
E.       Variabel Penelitian
Pada praktikum ini variabel penelitian ini dilkukan dengan cara mengukur panjang buah dan diameter buah, serta menimbang bobot buah kacang panjang. Pengamatan dilkukan sebanyak 2 kali dengan interval selama 7 hari.



F.       Analisi Data
Dari hasil praktikum dianalisis deskriptif untuk mengetahui perbedaan teknik pemupukan terhadap hasil tanaman kacang panjang. Data hasil pengamatan disajikan dalam bentuk diagram.


















BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN


A.  Hasi
Hasil pengamatan terhadap panjang buah, diameter buah dan berat buah. Disajikan pada gambar 2, 3 dan 4. Kemudian data rata-rata  hasil pengamatan  disajikan pada lampirn tabel.
          Gambar .2 Grafik rata-rata panjang buah.
Dari diagram diatas dapat menunjukan bahwa  sistem semai memperoleh ukuran paling  tinggi dengan panjang buah 50,75 cm, kemudian sistem kontrol dengan panjang buah 50,59 cm  dan sistem larikan 44,09 cm. Dan ukuran paling rendah yaitu terdapat pada sistem tugal.



        Gambar. 3 Grafik rata-rata diameter buah.
Dari diagram diatas dapat menunjukan bahwa sistem larikan memperoleh diameter yang lebih besar yaitu 0,7 cm, kemudian diameter terbesar kedua yaitu sistem semai 0,67  cm dan sistem terbesar ketiga sistem tugal 0,65 cm dan ukuran diameter terendah yaitu kontrol 0,55 cm.
          Gambar.3 Grafik rata-rata bobot buah.
            Dari diagram diatas dapat menunjukan bahwa sistem larikan memperoleh ukuran terberat yaitu 16,84 g, kemudian berat kedua pada sistem semai 16,12 dan ketiga pada sistem 12,55. Serta ukuran bobot terendah pada sistem tugal.
B.  Pembahasan
1.    Panjang Buah
Pada kegiatan praktikum yang telah dilakukan menunjukkan bahwa pada ukuran panjang buah 50,75 cm  yang tertinggi ialah sistem semai. Sistem semai ini sangat memberikan kontribusi dan pengaruh yang sangat baik bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman kemudia didukung dengan keadaan lingkungan yang baik pula dan menghemat tenaga kerja karena sekaligus dilakukan dengan pengolahan tanah, dan juga berfungsi untuk mengefektifkan daya kerja pupuk. Efektifitas tersebut terutama untuk pupuk yang bekerjanya lambat atau tidak langsung tersedia, seperti kandang serta pupuk fosfat alam dan kapur. Cara pemberian pupuk akar dengan ditabur ini ada 3 (tiga) macam yaitu : pupuk diberikan pada saat pengolahan tanah atau sebagai pupuk dasar. Sebelum tanah dicangkul atau dibajak, pupuk ditaburkan diatas tanah untuk selanjutnya ditimbun atau diaduk bersamaan dengan pengolahan tanah.
Penaburan pupuk akar sebagai pupuk dasar sering juga diberikan segera setelah bedeng tanaman dibentuk. Selanjutnya bedeng tersebut disiram air untuk memudahkan pengolahan dan penggemburan tanah. Pada saat itulah pupuk tercampur dengan tanah bersamaan dengan proses penggemburan Kadang-kadang ada juga orang yang menaburkan pupuk diantara tanaman yang sudah tumbuh,. Penaburan ini biasanya dilakukan pada saat tanaman masih berumur muda, dengan tujuan agar tanaman muda tersebut mendapat tambahan energi.
Pada ukuran terendah dalam pertumbuhan dan perkembangan panjang buah terdapat pada sistem tugal 23,8 cm, pada sistem ini mengalami masalah pada keadaan lingkungan dimana lokasi ini terdapat dibagian sekitar pohon besar dan produktifitas tanah untuk menyerap unsur hara sangat rendah. Karna tingkat kemasaman sangat tinggi sehingga menyebabkan ketersediaan unsur hara yang sangat kurang.
2.    Diameter buah
Pengamatan pada diameter buah, ukuran terbesar berada pada sistem larikan 0,7 cm. Struktur lahan sangat baik sehingga mampu mengelola unsur hara dengan baik. Cara pemupukannya dengan cara lajur atau pemberian pupuk disela- sela tanaman antar barisan. Pemberian pupuk biasanya dilakukan segera setelah dilakukan penyiangan. Pemberian pupuk dengan cara ditaburkan di antara lajur memiliki keuntungan yakni menghemat waktu dan biaya. Penghematan terjadi karena pemupukan dilakukan bersamaan dengan proses penyiangan dan dapat dilakukan dengan cara yang cepat. Disamping ada keuntungan, cara ini juga mempunyai kelemahan yaitu pupuk yang diberikan tidak langsung mengenai akar tanaman dan banyak yang tercuci bila hujan. Pada sistem ini membantu pada pertumbuhan dan perkembangan buah kacang panjang.
3.    Berat buah
Pada pertumbuhan dan perkembangan berat buah ukuran terdapat pada sistem larikan 16,84 cm pada sistem ini menunjukan pengaruh pertumbuhan dan perkembangan sangat dipengaruhi oleh teknik pemupukan sistem ini memudahkan penyerapan unsur hara dan penyediaan unsur hara yang cukup untuk tanaman membantu pertumbuhan dan perkembangan dengan baik.
Bobot terendah terdapat pada sistem tugal 11,24 cm  sistem ini tidak mendukung akan pertumbuhan dan perkembangan tanaman karena tidak didukung oleh kondisi lahan yang baik. Kondisi lahan yang kurang baik inilah yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tidak berjalan secara efektif  ketersediaan unsur hara yang kurang didalam tanah adalah salah satu penyebab tidak efektifnya pertumbuhan dan perkembangan tersebut.
            Tanaman kacang panjang membutuhkan unsur Ca, P, K, Mo, Mn, senyawa-senyawa nitrat dalam pertumbuhan ( Pitojo, 2006).














BAB IV
PENUTUP



A.      Kesimpulan
Berdasarkan  hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa sistem yang mendominasi dari teknik pemupukan ialah, sistem larikan dengan ukuran rata-rata panjang buah 44,09 cm diameter buah 0,7 cm dan berat buah 16,84 gram.  Sistem ini sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pada tanaman kacang panjang. Serta keadaan lokasi dan tanah yang mendukung, sehingga dengan menggunakan sistem ini dapat meningkatkan produktivitas kacang panjang.
Sistem ini sangat membantu dalam penyediaan unsur hada dalam tanah sehingga unsur hara yang diperlukan tanaman tersdia dengan cukup.

B.  Saran
            Untuk praktikum selanjutnya sebaiknya menggunakan sistem larikan, karna sistem ini dapat maningkatkan produktivitas kacang panjang dengan baik.





DAFTAR PUSTAKA
Arinon, Rahman. 2014. Pertumbuhan dan produksi Tanaman Kacang Panjang. Vol 10. No 2.
Karimuna, la. 2012. Pemanfaatan Residu Bahan Organik dan Fosfor Untuk Budidaya Tanaman Kacang Panjang. Universitas Halu Oleo. Vol 1. No 1. Hal 8-15
Setyamidjaya D, 2000. Pupuk dan Pempukan. Sinaplex. Jakarta.
Badan Pusat Statistik, 2013. Produksi padi, Jagung dan Kedelai Angka Ramalan I tahun 2013. BPS, Jakarta.
Hardjowigeno, s. 2001. Ilmu Tanah. PT. Medyatama Perkasa. 216. 5-7.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar